
Resesi 2023 Konon Bakal Mengerikan, Rupiah Melemah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga Kamis kemarin belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Pada perdagangan Jumat (21/10/2022), rupiah kembali melemah melawan dolar AS.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan, tetapi tidak lama melemah tipis 0,03% ke Rp 15.575/US$.
Tekanan bagi rupiah masih besar sebab pasar melihat risiko resesi dunia yang semakin nyata. Dalam kondisi tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi primadona.
Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.
"Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan dangkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk," kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).
Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Menurut Roubini angka rasio jumlah utang swasta dan publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global yang telah melonjak dari 200% pada 1999 menjadi 350% tahun ini.
Artinya ada risiko resesi yang terjadi gabungan antara 1970an saat staglasi dan krisis finansial global, Sehingga bisa sangat mengerikan.
Dalam artikel Majalah Time yang terbit Kamis (13/10/2022), Dr. Doom mengatakan dunia akan menuju kebangkrutan besar-besaran dan krisis finansial yang berlarut-larut.
Sementara itu, gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan pelemahan rupiah sejalan dengan menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS untuk merespons tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Perry optimis rupiah ke depan akan kembali menguat, mengacu terhadap fundamental perekonomian Indonesia yang semakin membaik. Diukur oleh pemulihan ekonomi yang terus berlanjut dan semakin menariknya imbal hasil obligasi pemerintah.
"Ke depan arus modal asing akan masuk, juga akan mendorong nilai tukar rupiah akan menguat," ujar Perry usai Rapat Dewan Gubernur yang disiarkan melalui akun Youtube, Jakarta, Kamis (20/10/2022).
Seperti diketahui BI kemarin kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,75%.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,5%," kata Perry.
Meski demikian, kebijakan tersebut belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
