
Rupiah Anjlok, Perusahaan dengan Utang Segunung Bisa Ambruk?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melihat risiko kredit valas korporasi cukup terkendali di tengah fenomena kenaikan dolar AS.
"Ketahanan dari sisi korporasi terhadap risiko valas ini juga tetap terjaga," papar Perry.
Hal ini terbukti dari kondisi Utang Luar Negeri (ULN) atau utang valas korporasi.
Meksipun terjaga, Perry mengimbau agar korporasi yang memiliki utang luar negeri untuk terus melakukan mitigasi risiko.
Perry mengungkapkan mitigasi ini harus dilakukan, baik dalam bentuk hedging (lindung nilai), maupun dengan ketentuan lainnya yang berlaku.
Lebih lanjut, Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti menambahkan bahwa utang luar negeri (ULN) swasta terus mengalami penurunan sejak Juli 2022.
"Perkembangan ULN swasta atau korporasi dari bulan ke bulan menurun, di Juni US$ 208 - US$ 209 miliar dan menurun di Juli US$ 206 dan di Agustus US$ 204 miliar," kata Destry.
Dengan demikian, dia melihat korporasi sangat hati-hati dalam memanfaatkan ULN.
"Dari komposisinya didominasi oleh jangka menengah panjang. 75% adalah jangka menengah panjang dan di bawah 1 tahun relatif sedikit," ungkapnya.
Korporasi, menurut Destry, memanfaatkan suku bunga fixed sebelum ada kenaikan Fed Fund Rate pada awal tahun ini.
Dengan simulasi ini, relatif korporasi untuk eksposure ULN solid.
"Secara umum korporasi besar punya daya tahan dari karakteristik korporasi," ungkapnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Dewan Gubernur BI Tahan Suku Bunga 5,75% di April
