Semakin Tak Berdaya! Rupiah Merosot ke Rp 15.495/US$

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 19/10/2022 15:08 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (19/10/2022), di tengah mode wait and see terkait kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) esok hari.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah stagnan pada pembukaan perdagangan di Rp 15.465/US$. Sayangnya, rupiah terkoreksi lagi sebesar 0,1% ke Rp 15.480/US$ pada pukul 11:00 WIB. Kemudian, pada pukul 15:35 WIB, rupiah sempat menyentuh Rp 15.500/US$ melemah 0,23% d pasar spot.

Di penutupan perdagangan rupiah tembus ke Rp 15.495/US$ melemah 0,19% di pasar spot. Dengan demikian, rupiah masih berada di posisi terlemahnya dalam 2,5 tahun terakhir. Tepatnya sejak 30 April 2020.


Tekanan bagi rupiah masih nyata di mana saat ini rupiah erat kaitannya dengan sentimen penguatan dolar AS secara global. Selain itu, perekonomian Indonesia dihadapkan dengan faktor eksternal yang penuh tantangan dan bergejolak.

Faktor eksternal itu antara lain fragmentasi geopolitik antara negara G7, perang Rusia dan Ukraina, juga ketegangan ekonomi AS dan China yang mengganggu mata rantai pasok global.

Potensi 'strong dollar' masih mungkin terjadi, pasalnya para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga mengindikasikan bahwa Fed akan agresif untuk meredam inflasi.

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari pada Selasa (18/10/2022) menyatakan bahwa Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga acuan di atas 4,75% jika inflasi yang mendasarinya tidak berhenti melesat.

Jika mengacu pada FedWatch, sebanyak 97,2% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

Keagresifan The Fed diprediksi akan membawa perekonomian Negara Adidaya tersebut masuk ke zona resesi dan tentunya akan berdampak pada negara-negara lain di dunia. Oleh karena itu pelemahan rupiah akan terus berlanjut hingga ke level di atas Rp 15.500/US$.

Dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan, pihaknya terus melakukan intervensi untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.

"Mengenai nilai tukar, kami terus melakukan upaya-upaya untuk stabilisasi nilai tukar," jelas Perry dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Tahun ini nilai tukar rupiah telah mengalami depresiasi sekitar 7%. Hal ini disebabkan adanya penguatan dolar Amerika Serikat (AS). The Greenback alias dolar AS, sepanjang tahun berjalan (year to date) telah menguat kurang lebih 19,2%, dan indeks dolar AS mencapai 114.

Itu sebabnya, saat ini semua mata cenderung memasang mode wait and see terhadap pengumuman kebijakan moneter terbaru oleh Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan akan digelar pada pada Kamis (20/10/2022).

Konsensus analis Trading Economics memproyeksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps dan akan membawa tingkat suku bunga BI ke 4,5% dari sebelumnya di 4,25%.

Sementara, berdasarkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia terhadap 13 institusi menunjukkan lima lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50%, tujuh lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,75% sementara satu lembaga memperkirakan kenaikan sebesar 75 bps menjadi 5,00%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)