Top Gainers-Losers

Horeee... Allo Bank (BBHI) Sukses Kasih Cuan Gede Gengs!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 October 2022 07:15
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis pada perdagangan Selasa (18/10/2022) kemarin, di tengah cerahnya pasar saham global. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup naik tipis 0,05% ke posisi 6.834,49.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka di zona hijau. Selang 5 menit setelah dibuka, IHSG menguat 0,66% di 6.876,05. Namun sekitar pukul 10:00 WIB, penguatan IHSG terpangkas hingga menyentuh zona merah. Kemudian pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG ditutup naik tipis 0,05%.

Pada perdagangan sesi II, IHSG kembali menguat. Tetapi menjelang akhir perdagangan sesi II, IHSG sempat kembali menyentuh zona merah tipis.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 12 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 275 saham menguat, 262 saham melemah, dan 156 saham lainnya stagnan.

Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 847,25 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin.

Saat IHSG naik tipis, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten bankan digital milik CT Corp yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham BBHI ditutup melejit 25% ke posisi harga Rp 1.950/saham.

Nilai transaksi saham BBHI pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 27,16 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 15,37 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham BBHI sebesar Rp 2,82 miliar di pasar reguler.

Dalam sepekan terakhir, saham BBHI cenderung stagnan, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham BBHI masih ambles 21,37%.

Dari kinerja keuangannya pada semester I-2022, BBHI membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 150,62 miliar pada semester I-2022, meroket 557% dari hanya Rp 22,93 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan, laba per saham dasar ikut terkerek menjadi sebesar Rp 18,73 pada akhir Juni 2022, dibandingkan dengan Rp 10,96 pada akhir Juni 2021.

Meroketnya perolehan laba ditopang oleh melonjaknya pendapatan bunga bersih. Selama enam bulan pertama 2022, Allo Bank membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 217,24 miliar, terbang 306,2% dari hanya Rp 53,47 miliar pada semester I tahun lalu.

Selain itu, perseroan juga membukukan total pendapatan operasional lainnya sebesar Rp 125,48 miliar, melonjak signifikan hingga 6.375% dibandingkan dengan hanya Rp 1,94 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan operasional lainnya tersebut termasuk provisi dan komisi Rp 117,96 miliar, pendapatan administrasi Rp 3,38 miliar, keuntungan penjualan efek-efek Rp 3,92 miliar, dan lain-lain Rp 228,4 juta.

Di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global, Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo mengungkapkan tetap optimis pada perkembangan industri keuangan dan digitalisasi di Tanah Air. Dia menambahkan tren adopsi sistem keuangan digital akan terus meningkat di tengah berbagai tantangan.

Optimisme ini didasari oleh inklusi finansial yang diproyeksi semakin meningkat. Dia menegaskan Allo Bank tidak berhenti untuk berinovasi dan kolaborasi untuk memberikan layanan keuangan.

"Dengan adanya kolaborasi dengan berbagai ekosistem, penetrasi di kota-kota tier 2 dan 3 juga semakin luas. Kami harap di 2023 saya rasa literasi dalam hal finansial akan makin luas," ujarnya dalam Tech Conference CNBC Indonesia, Kamis (13/10/2022) lalu.

Meski demikian dia mengakui mencermati pertumbuhan demand dalam penyaluran pembiayaan. Akuisisi pengguna baru juga akan terus aktif dilakukan melalui tiga hal.

Pertama, mengembangkan ekosistem untuk memberikan kemudahan dalam keseharian bersama partner strategis.

Kedua, memberi pengalaman omni channel untuk memperluas layanan dan hadir hadir di kota tier 2 dan tier 3. Ketiga, mengembangkan teknologi berbasis big data, AI, dan machine learning agar layanan semakin advance dan personalized.

"Kami selalu obsessed memberi layanan dan experience terbaik dengan terus memberikan impact yang dilakukan dengan cara cepat dan smart berbasis data agar layanan semakin mudah," jelasnya.

Allo Bank yang masuk dalam ekosistem besar CT Corp juga terus memanfaatkan posisinya.

"Karena ini ekosistem, dengan kolaborasi ini membuat akuisisi konsumen lebih mudah. Kami juga punya sistem NPC yang diharapkan akan lebih mendapatkan customer dengan engagement lebih baik," pungkasnya.

Di saat IHSG menguat tipis, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten jasa sarana produksi budidaya ikan air payau dan jasa pasca panen budidaya ikan air payau yakni PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) kembali memimpin jajaran top losers pada perdagangan kemarin. Saham AMMS ditutup anjlok 8,97% ke posisi harga Rp 71/saham.

Nilai transaksi saham AMMS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 3,2 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 45,09 juta lembar saham. Tetapi, asing kembali mengoleksi saham AMMS sebesar Rp 10,65 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak 10 Oktober hingga kemarin, saham AMMS hanya menguat sekali saja, sedangkan sisanya melemah yakni sebanyak 6 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham AMMS terpantau masih ambles 27,55%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, saham AMMS juga masih ambruk 57,74%.

Belum diketahui secara pasti penyebab koreksi saham AMMS. Tetapi kinerja saham AMMS masih terus menurun. Padahal pada perdagangan 3-5 Oktober, saham AMMS sempat bangkit ke atas kisaran harga Rp 110/saham.

Pada perdagangan 29 September lalu, BEI sempat memasukan saham AMMS ke dalam radar pantauan akibat adanya peningkatan aktivitas saham yang tidak wajar atau Unusual Market Activity (UMA).

"Dengan ini kami menginformasikan telah terjadi peningkatan aktivitas yang tidak wajar pada saham AMMS yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity)," tulis surat dari BEI, akhir September lalu.

Saham AMMS sendiri kini sudah jauh berada di bawah harga IPO-nya di Rp 100/saham atau ambles hingga 29% dari harga IPO-nya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular