Resesi Bisa Parah, Panjang & Buruk! Dolar AS Bisa Rp 16.000?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 October 2022 08:20
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang sangat diunggulkan. Selain karena bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga, isu resesi juga membuat daya tarik dolar AS semakin meningkat. Maklum saja, dolar AS merupakan aset safe haven.

Rupiah pun terus melemah. Selasa kemarin rupiah berakhir di Rp 15.355/US$, melemah 0,29%, dan berada di titik terlemah sejak 29 April 2020.

Tekanan rupiah berisiko masih terus berlanjut, apalagi dengan kondisi ekonomi dunia yang semakin gelap.

Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Senin lalu memperingatkan risiko resesi global yang terus meningkat, dan inflasi masih akan terus menjadi masalah.

Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.

"Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan danggkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk," kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).

Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisisi yang parah.

The Fed yang terus menaikkan suku bunga dikatakan akan menciptakan banyak 'perusahaan zombie', perusahaan yang dibentuk saat era suku bunga rendah, tetapi hingga saat ini belum mampu menghasilkan laba untuk membayar utang.

"Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, shadow bank, dan negara zombie akan bangkrut akibat suku bunga yang terus naik," ujar Roubini.

Jika ramalan Dr. Doom menjadi kenyataan, rupiah tentunya berada dalam tekanan.

HALAMAN SELANJUTNYA >> Rupiah Bakal ke Rp 16.000/US$?

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Apalagi rupiah juga sudah menembus dan tertahan di atas Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 50% tersebut ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko terpuruk semakin jauh. Target pelemahan ke Rp 15.450/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%.

Rupiah berisiko semakin terpuruk jika menembus level tersebut. Ada kemungkinan mendekati Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support kuat berada di kisaran Rp 15.100/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat level psikologis Rp 15.000/US$, sebelum menuju MA 50 di kisaran Rp 14.900/US$ dekat MA 50.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular