
Resesi Bisa Parah, Panjang & Buruk! Dolar AS Bisa Rp 16.000?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Dolar Amerika Serikat (AS) sedang sangat diunggulkan. Selain karena bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga, isu resesi juga membuat daya tarik dolar AS semakin meningkat. Maklum saja, dolar AS merupakan aset safe haven.
Rupiah pun terus melemah. Selasa kemarin rupiah berakhir di Rp 15.355/US$, melemah 0,29%, dan berada di titik terlemah sejak 29 April 2020.
Tekanan rupiah berisiko masih terus berlanjut, apalagi dengan kondisi ekonomi dunia yang semakin gelap.
Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Senin lalu memperingatkan risiko resesi global yang terus meningkat, dan inflasi masih akan terus menjadi masalah.
Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.
"Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan danggkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk," kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).
Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisisi yang parah.
The Fed yang terus menaikkan suku bunga dikatakan akan menciptakan banyak 'perusahaan zombie', perusahaan yang dibentuk saat era suku bunga rendah, tetapi hingga saat ini belum mampu menghasilkan laba untuk membayar utang.
"Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, shadow bank, dan negara zombie akan bangkrut akibat suku bunga yang terus naik," ujar Roubini.
Jika ramalan Dr. Doom menjadi kenyataan, rupiah tentunya berada dalam tekanan.
HALAMAN SELANJUTNYA >> Rupiah Bakal ke Rp 16.000/US$?
