Salim Beli Aset Cadangan Batu Bara Terbesar RI, Harga Diskon!
Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat raksasa Tanah Air, Salim Grup, akan menjadi salah satu pengendali perusahaan batu bara dengan cadangan terbesar di Indonesia. Tentu, ini terjadi apabila penambahan modal terlaksana dan disetujui oleh pemegang saham pada rapat besok, Selasa (11/10/2022).
Seperti diketahui, Grup Salim menjadi satu dari tiga investor utama yang memasukkan dana dalam private placement Bumi Resources (BUMI) yang berdasarkan prospektus disebut "akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada akhir bulan Oktober 2022."
Sementara itu dua investor lainnya adalah Grup Bakrie dan Agoes Projosasmito yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Bumi Resources Minerlas (BRMS) yang merupakan anak usaha dari BUMI.
Dalam aksi korporasi ini maksimal 200 miliar saham baru akan diterbitkan dengan harga pelaksanaan ditetapkan di Rp 120/saham. Harga ini jauh lebih murah dari harga pasar saham BUMI saat ini, atau terdiskon 35% dari harga penutupan perdagangan terakhir pekan lalu di Rp 186/saham.
Masuknya Grup Salim menjadi nafas baru bagi perkembangan BUMI yang merupakan salah satu emiten dengan cadangan terbesar di Indonesia. Di sisi lain, hal ini juga dapat menjadi ladang cuan baru bagi Grup Salim, yang secara tidak langsung mencaplok cadangan raksasa batu bara RI secara tidak langsung di harga diskon.
Mengutip laporan riset Samuel Sekuritas akhir April tahun ini, dari tujuh emiten raksasa RI, perusahaan milik keluarga Bakrie berada di posisi teratas dari jumlah sumber daya. Sumber daya batu bara BUMI ditaksir mencapai 10,08 miliar ton, lebih besar dari ADRO (8,4 miliar ton) dan PTBA (5,89 miliar ton) yang masing-masing berada di urutan dua dan tiga.
Sementara dari sisi jumlah cadangan, dengan cadangan sebesar 2,46 miliar BUMI berada di peringkat kedua, di bawah PTBA (3,05 miliar ton) dan nyaris dua kali lipat cadangan ADRO (1,30 miliar ton) di peringkat tiga.
Pemilik BUMI Pasca Private Placement
Jika aksi korporasi rampung dan sesuai rencana, maka BUMI memperoleh dana segar hingga Rp 24 triliun dan akan digunakan nyaris secara eksklusif untuk melunasi utang perusahaan.
Prospektus private placement BUMI menyebut sebesar maksimum US$ 1,56 miliar atau setara dengan Rp 23,4 triliun (asumsi kurs Rp 15.000) akan digunakan untuk melakukan penyelesaian kewajiban perseroan berupa pembayaran utang PKPU. Adapun total saldo Utang PKPU setelah jadwal pembayaran di 12 Juli 2022 adalah sebesar US$ 1,73 miliar.
Selanjutnya jelang private placement, sisa utang PKPU pada diproyeksikan sebesar maksimum US$ 1,56 miliar karena sebesar US$ 221,31 juta utang dibayarkan dengan menggunakan kas internal perseroan dan porsi bunga tambahan hingga jatuh tempo 11 Desember 2022 sebesar maksimum US$ 54,85 juta.
Mengingat nilai Utang PKPU adalah dalam mata uang dolar AS, maka pelaksanaan penyetoran dana dalam PMTHMETD (private placemnet/PP) oleh pemodal akan dilakukan dolar AS, yang telah disepakati untuk dikonversikan menjadi nilai Rupiah pada kurs tukar Rp 15.000 per 1 Dolar Amerika Serikat. Total dana yang dihimpun adalah US$ 1,6 miliar.
Pasca private placement, Grup salim menjadi pengendali baru perusahaan bersama dengan pengendali lama yakni Grup Bakrie.
Total saham Grup Bakrie pasca penambahan modal akan naik menjadi 28,38%, terdiri dari kepemilikan tidak langsung sebesar 21,01% saham BUMI lewat Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL) yang akan memborong 170 miliar saham baru BUMI. Sedangkan 7,37% sisanya merupakan saham semula Grup Bakrie di BUMI sebelum PP yang telah terdilusi.
Selanjutnya Grup Salim akan menguasai 28,33% saham BUMI pasca penambahan modal. Sama dengan Grup Bakri, sebesar 21,01% saham BUMI dikuasai Grup Salim secara tidak langsung lewat MEL. Sedangkan 7,32% saham BUMI sisanya dipegang tidak langsung lewat Treasure Global Investments Limited (TGIL) yang akan memesan 30 miliar saham baru PP.
Kemudian ada Agoes Projosasmito yang mengendalikan Clover Wide Limited dan PT Aswana Pinasthik Investasi yang masing-masing merupakan pemegang saham di MEL dan TGIL.
Total kepemilikan saham BUMI oleh kongsi Agoes Projosasmito secara total sebesar 8,83% pasca PP. Kemudian kepemilikan HSBC Fund terdilusi menjadi 4,32% dan terakhir, kepemilikan publik minus yang terafiliasi dengan Grup Bakrie juga ikut terdilusi menjadi 30,15% dari semula mencapai 72%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)