Lewat Transformasi, BRI Terus Garap Pertumbuhan Baru UMKM
Jakarta, CNBC Indonesia - BRI Group telah menetapkan langkah penguatan melalui Transformasi BRIvolution 2.0. Transformasi tersebut merupakan strategic response dari kondisi pandemi, sehingga rencana jangka panjang yang dituangkan pada BRIvolution 1.0 telah disesuaikan dengan situasi pasar terkini.
BRIvolution 2.0 menetapkan visi The Most Valuable Banking Group in South East Asia & Champion of Financial Inclusion di tahun 2025, serta mempertajam fokus menumbuh kembangkan sektor UMKM dengan sinergi bersama anak usaha atau secara BRI Group.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan perluasan fungsi anak perusahaan dalam BRI Group tersebut dilakukan untuk diversifikasi income, spreading risk, dan memperkuat customer base BRI.
"BRI Group harus menjangkau masyarakat sebanyak mungkin, kemudian dengan proses bisnis yang kita digitalisasikan, biayanya bisa menjadi seefisien mungkin," ujar Sunarso dalam keterangan tertulis, Senin (10/10/2022).
Dalam hal membentuk sumber pertumbuhan baru, pihaknya memberi contoh pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Holding UMi setidaknya telah melayani kebutuhan 23,5 juta nasabah dengan total outstanding pembiayaan mencapai sebesar Rp 183,9 triliun per Agustus 2022.
Tak hanya dari sisi pembiayaan, hingga Agustus 2022 integrasi layanan ketiga entitas atau co-location melalui Gerai Senyum sudah mencapai 1.003 lokasi. Bentuk integrasi layanan lainnya dapat tercermin dari PNM Mekaar yang bergabung sebagai Agen BRILink sudah mencapai 40.121. Adapun nasabah tabungan baru UMi telah mencapai 6,85 juta nasabah atau melampaui target awal sebanyak 3,3 juta nasabah pada 2022.
Perjalanan BRI Group dalam mencapai visi tersebut tentu banyak dihadapkan dengan tantangan. Contohnya seperti selama pandemi. Untuk itu, strategic response yang dilakukan BRI adalah dengan menyelamatkan UMKM melalui strategi business follows stimulus.
"Agar stimulus berjalan efektif, BRI menyiapkan empat syarat. Pertama, harus ada dananya, yaitu memastikan anggarannya tersedia. Kedua, data pihak yang mendapatkan stimulus tersedia. Ketiga, kami akan menyiapkan sistem yang kredibel dan reliable agar stimulus tersebut tepat sasaran. Dan keempat, adalah komunikasi secara terus menerus kepada masyarakat," tuturnya.
Sedangkan dalam tantangan bisnis dari gejolak ekonomi global, Sunarso menyebut BRI jauh dari epicentrum gejolak ekonomi global dikarenakan backbone bisnis BRI, yakni UMKM, relatif tahan banting terhadap dampak dari konflik global tersebut.
Dia menyebut bahwa kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto mencapai 68%. Artinya PDB Indonesia mayoritas dikontribusi oleh bisnis dengan skala UMKM. Kemudian dari sisi penyerapan tenaga kerja, 97,22 % tenaga kerja di Indonesia berasal dari segmen UMKM.
"Jadi ini menjadi penting dan strategik dalam konteks negara, karena tugas utama negara adalah sejahterakan rakyatnya, dan cara yang paling baik dalam mensejahterakan rakyat adalah dengan memberi pekerjaan," pungkasnya.
(dpu/dpu)