Jelang Rilis Data Tenaga Kerja AS, Yield SBN Terpantau Naik

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 07/10/2022 18:09 WIB
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (7/10/2022), jelang rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) periode September 2022.

Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN tenor 30 tahun yang diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 30 tahun turun 3,2 basis poin (bp) ke posisi 7,319% pada perdagangan hari ini.


Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara naik 6,3 bp menjadi 7,282%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) terpantau cenderung menguat lagi pada pagi hari ini, jelang rilis data ketenagakerjaan AS periode September 2022.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun meningkat 3,5 bp menjadi 4,285%, dari sebelumnya pada Kamis kemarin di 4,25%.

Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun naik 2,9 bp menjadi 3,853%, dari sebelumnya di posisi 3,824% kemarin.

Sejumlah data tenaga kerja telah dirilis pekan ini, dengan lebih banyak lagi yang akan datang pada hari ini dalam bentuk data pengangguran dan data penggajian non-pertanian (NFP) periode September 2022.

Investor telah mencermati perkembangannya, karena kenaikan upah yang didasarkan pada kesenjangan tenaga kerja AS cenderung melebar yang mencerminkan permintaan pekerja yang lebih tinggi daripada pekerja yang tersedia, di mana hal ini adalah pendorong utama inflasi.

Data NFP Negeri Paman Sam diperkirakan akan bertambah sebanyak 275.000 pekerjaan pada bulan lalu, di mana angka pengangguran akan tetap di 3,7%, jika mengacu pada konsensus analis Dow Jones.

Rilis data tenaga kerja AS akan mempengaruhi keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terkait kebijakan moneter terbarunya.

Selain itu, pelaku pasar juga akan menanti rilis angka pengangguran AS per September 2022. Rilis data ekonomi tersebut akan menjadi salah satu data masukkan untuk The Fed sebelum memutuskan kebijakan moneter selanjutnya.

Konsensus analis Trading Economics memprediksikan angka pengangguran masih akan bertahan pada 3,7%, posisi yang sama pada bulan sebelumnya.

Sebagai informasi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka pengangguran pada Agustus 2022 berada di 3,7%, naik dari bulan Juli 2022 di 3,5% dan menjadi posisi tertinggi sejak Februari 2022. Jumlah pengangguran meningkat 344.000 orang menjadi 6 juta orang, sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja juga naik 442.000 pekerjaan.

Jika angka pengangguran stagnan, kemungkinan dampak terhadap pergerakan bursa saham tidak terlalu signifikan. Namun, jika angka pengangguran turun, maka akan menjadi sentimen negatif. Meskipun, hal tersebut merupakan berita baik.

Pada situasi saat ini, berita baik pada data ekonomi AS akan menjadi berita buruk karena mencerminkan bahwa pasar tenaga masih ketat, sehingga meningkatkan potensi The Fed untuk kembali agresif untuk meredam inflasi hingga mencapai targetnya di 2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi