BI Boleh Abaikan Dulu Rupiah, Ekonomi Harus Diselamatkan
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) masih berpeluang kembali menaikkan suku bunga acuan pada Oktober 2022 dalam rangka menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Ekonom Senior Halim Alamsyah keputusan BI tersebut lebih mengarah kepada upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi, dibandingkan stabilitas nilai tukar rupiah.
"Karena Bank Indonesia juga melihat fundamental sektor ekseternal kita sangat memberikan untuk memberikan ruang kepada kebijakan moneter untuk lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi, daripada stabilitas nilai tukarnya itu sendiri," kata Halim, dalam Power Lunch, CNBC Indonesia, dikutip Jumat (7/10/2022).
Menurutnya, hal ini dikarenakan stabilitas nilai tukar rupanya bisa didukung oleh ekspor dan harga-harga komoditas yang masih cukup tinggi.
Adapun, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September lalu, BI memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25%.
Saat itu, BI langkah ini dalam rangka memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
Lebih lanjut, Halim melihat tingkat agresivitas BI dalam menaikkan suku bunga acuan di dalam negeri akan bergantung pada kecepatan The Fed dalam mendorong suku bunganya.
"The Fed kelihatannya terus akan menaikkan suku bunga tetapi dalam jangka, terutama tahun depan, kemungkinan akan hati-hati. Itu akan menjadi pilihan The Fed," ujarnya.
Pasalnya, bank sentral AS ini akan melihat kondisi ekonomi global. Tidak mungkin AS tumbuh sendirian, ketika Eropa dan negara mitra dagangnya, melemah.
(haa/haa)