Kekhawatiran Resesi Muncul Lagi, Yield SBN Ditutup Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 October 2022 01:22
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Kamis (6/10/2022), di tengah kembali khawatirnya pasar terhadap resesi global.

Sikap investor di SBN cenderung bervariasi pada hari ini, di mana pada SBN tenor 3, 15, 20, dan 30 tahun diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Sedangkan sisanya dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 1 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya yakni menanjak 8,5 basis poin (bp) ke posisi 5,561%.

Sedangkan untuk yield SBN bertenor 30 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya yakni menurun 4,2 bp menjadi 7,351%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara naik 1,8 bp menjadi 7,219%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pasar masih khawatir dengan tanda-tanda resesi, yang secara global sudah di depan mata.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, pada Rabu kemarin mengatakan dunia sedang tidak baik-baik saja, bukan hanya imajinasi semata. Hampir semua institusi memberikan proyeksi perekonomian yang suram di tahun ini hingga 2023 mendatang

"Lihat lah dunia, kita sekarang sedang menghadapi kekacauan global, stagflasi, inflasi yang sangat tinggi. Karena komoditas energi dan pangan tidak didistribusikan secara merata di seluruh dunia," jelas Perry.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) terpantau cenderung menguat pada pagi hari ini, karena pasar pesimis dengan prospek inflasi yang melandai pada tahun ini dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai mengurangi sikap agresifnya.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun meningkat 2,7 bp menjadi 4,177%, dari sebelumnya pada Rabu kemarin di 4,15%.

Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun juga naik 1,4 bp menjadi 3,773%, dari sebelumnya di posisi 3,759%.

Investor merespons dari data ketenagakerjaan yang dirilis pada Rabu kemarin. laporan tenaga kerja nasional ADP yang mengukur perubahan tenaga kerja sektor swasta non-pertanian, yang bertambah 208.000 pekerjaan pada September 2022. Angka tersebut melampaui ekspektasi analis Dow Jones di 200.000 pekerjaan.

Investor global juga masih akan menantikan rilis laporan upah non-pertanian pada Jumat besok.

Investor juga terus mencari indikasi tentang kebijakan moneter The Fed. Mereka pun bertanya-tanya apakah The Fed akan terus menaikkan suku bunga. Kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga yang menyeret ekonomi AS ke dalam resesi terus tumbuh.

Itu terjadi ketika pembicara The Fed memberikan nada hawkish dalam beberapa pekan terakhir, mempertahankan bahwa mereka tidak akan menghindar dari kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi.

Oleh karena itu, investor akan memperhatikan dengan cermat setiap perubahan nada dalam pernyataan yang dibuat oleh serangkaian pembicara The Fed dalam beberapa hari terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular