
Prospek ASEAN+3 Makin Suram, Dihantui Risiko Resesi AS-Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) hari ini merevisi turun estimasi pertumbuhan ekonomi untuk ASEAN+3 (China, Jepang, Korea Selatan). Kombinasi antara kebijakan ketat mengatasi COVID, pelemahan sektor properti di China dan potensi resesi di Amerika Serikat dan Eropa membebani prospek ekonomi di kawasan tersebut.
Laju ekonomi 10 anggota ASEAN dan tiga negara itu diprediksi hanya tumbuh 3.7% tahun ini, lebih rendah dari estimasi pada Juli 4.3%. Terutama terbebani oleh prospek suram China, Jepang dan Korea Selatan.
Tanpa ketiganya, pertumbuhan ekonomi ASEAN diperkirakan kokoh di angka 5.3%, dengan tingkat inflasi 6.2%.
Perang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah memperparah krisis energi di Eropa, dan mendekatkan Benua Biru pada jurang resesi. Di Amerika Serikat, kebijakan agresif suku bunga untuk memerangi inflasi bisa memicu "hard landing" pada perekonomiannya.
"Perlambatan ekonomi yang simultan di Amerika Serikat dan kawasan euro, bersamaan dengan pengetatan kondisi keuangan global, akan memiliki berdampak negatif pada kawasan-kawasan lain melalui jalur perdagangan dan keuangan," ujar Kepala Ekonom AMRO, Hoe Ee Khor.
AMRO adalah lembaga kajian makro ekonomi berbasis di Singapura yang membantu pelaksanaan Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM). Inisiatif senilai US$240 miliar ini berisi perjanjian pertukaran mata uang diantara anggota ASEAN+3 yang ditandatangani para menteri keuangan dan gubernur bank sentral pada Maret 2010.
Sementara itu, tingkat inflasi di ASEAN+3 diprediksi terus meninggi. Harga makanan dan bahan bakar menjadi faktor dominan, kendati harga sebagian besar komoditas utama global mulai melandai. Pemangkasan subsidi di sejumlah negara dan depresiasi mata mata uang ikut memicu kenaikan harga.
"Bank sentral di kawasan menaikkan suku bunga untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung mata uang mereka. Namun, laju pengetatan moneter mereka umumnya lebih terukur dan bertahap dibandingkan dengan otoritas moneter di Amerika Serikat dan kawasan euro," kata Khor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mum/mum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News, Harga Batu Bara Ambruk 6%