Awal Kuartal IV-2022, Bursa Asia Merana!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (3/10/2022), di tengah masih tingginya volatilitas di pasar saham global di perdagangan perdana kuartal IV-2022.
Hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang ditutup di zona hijau pada hari ini, yakni melesat 1,07% ke posisi 26.215,789.
Sedangkan sisanya kembali melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup merosot 0,83% ke posisi 17.079,51, Straits Times Singapura melemah 0,74% ke 3.107,09, ASX 200 Australia terkoreksi 0,27% ke 6.456,9, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,44% menjadi 7.009,72.
Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Yayasan Nasional atau Gaecheonjeol.
Adapun untuk pekan ini, pasar keuangan di China termasuk perdagangan di bursa saham Shanghai dan Shenzhen libur selama sepekan dan tidak ada perilisan data ekonomi maupun agenda pasar lainnya karena sedang libur nasional.
Dari Jepang, sentimen produsen besar Jepang memburuk di kuartal ketiga tahun 2022, menurut survei sentimen bisnis tankan triwulanan terbaru bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).
Indeks utama untuk sentimen produsen besar berada di angka 8, turun dari pembacaan kuartal sebelumnya di angka 9. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi ekonom dalam polling Reuters yang memperkirakan indeks sentimen produsen Jepang berada di angka 11.
"Ekspektasi kami adalah untuk pembacaan manufaktur bulan ini cenderung meningkat karena kondisi pasokan telah membaik, Anda telah melihat dampak pasokan yang memudar dari kebijakan nol-Covid di China, harga komoditas turun sedikit," kata Stefan Angrick, ekonom senior di Moody's Analytics, dikutip dari CNBC International.
"Fakta bahwa sisi manufaktur ekonomi tidak berjalan dengan baik tentu saja tidak bagus untuk prospeknya," tambahnya.
Tetapi, indeks non-manufaktur naik sedikit, yang bisa berarti pemulihan Covid Jepang yang terlambat sedang berlangsung.
Koreksi bursa Asia-Pasifik yang kembali terjadi pada hari ini menyusul bursa saham global yang masih berjatuhan pada perdagangan akhir pekan lalu.
Pada Jumat pekan lalu, bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup ambles lebih dari 1% untuk ketiga indeks utamanya.
Terkoreksinya lagi bursa Wall Street dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi resesi setelah mayoritas bank sentral dunia mengetatkan kebijakan moneternya dengan kompak menaikkan suku bunga acuan untuk meredam 'tsunami' inflasi yang melanda di berbagai negara di dunia.
Padahal, perekonomian AS secara teknis sudah memasuki zona resesi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis pekan lalu, ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II-2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.
Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.
Namun, tampaknya hal tersebut tidak menghentikan komitmen bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk membawa turun inflasi ke targetnya di 2%.
Bahkan, analis memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun ini.
Adapun menurut Wakil Ketua The Fed, Lael Brainard, pada Jumat lalu menggaris bawahi perlunya menurunkan inflasi dan mengatakan bahwa The Fed berkomitmen untuk menghindari penurunan suku bunga acuannya sebelum waktunya.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) melonjak setelah perkumpulan negara-negara produsen minyak mentah dunia OPEC+ merencanakan untuk memangkas produksi minyak mentah hingga 1 juta barel per hari.
Investor global masih akan menantikan keputusan pertemuan OPEC+ pada Rabu 5 Oktober 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Indeks Hang Seng Terbang Nyaris 6%, Ada Apa?
(chd/chd)