
Pasar Ekuitas Lesu, Kripto Kembali Bergerak Bervariasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kripto utama terpantau melemah pada perdagangan Minggu (2/10/2022), di tengah lesunya pasar ekuitas global. Sementara itu dalam sepakan terakhir, kinerjanya cenderung bervariasi.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 10.05 WIB, kripto acuan global Bitcoin menguat 1,96% dalam sepekan ke posisi harga US$ 19.317,27/koin atau setara dengan Rp 294,59 juta/koin (asumsi kurs Rp 15.250/US$). Sebaliknya, Ethereum malah terkoreksi 0,70% dalam tujuh hari terakhir ke posisi US$ 1.310,87/koin atau Rp 19,99 juta/koin.
Bitcoin bertahan di kisaran US$ 19.000 pada hari ini, di tengah lesunya lagi pasar saham global karena investor masih khawatir dengan potensi resesi ekonomi global.
Pedagang dan pasar secara luas masih terus mendebatkan korelasi antara pasar saham dengan pasar kripto, di mana pergerakan kripto kali ini tidak sejalan dengan pergerakan pasar saham.
Ketika pasar saham masih dilanda aksi jual, kondisi di pasar kripto sedikit lebih baik dan masih berfluktuasi, meski tetap belum keluar dari tren bearish.
Pasar saham global yang kembali lesu terjadi karena kekhawatiran pelaku pasar bahwa resesi tidak akan menghentikan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga.
Kesimpulan ini sejalan dengan survei yang dilakukan Reuters, di mana sebanyak 59 dari 83 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November. Kemudian, di Desember, The Fed diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 4,25-4,5%.
Jika sesuai prediksi, maka suku bunga The Fed akan berada di level tertinggi sejak awal 2008, atau sebelum krisis finansial global.
Sebelum terkoreksi lagi, bursa saham global sempat rebound setelah adanya kabar baik yang datang dari Inggris, di mana bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) berencana untuk membeli obligasinya untuk menenangkan kekacauan pasar dan menstabilkan kembali poundsterling.
BoE kembali melakukan quantitative easing (QE), dan dikonfirmasi nilainya sebesar GBP 65 miliar. Pasar awalnya menyambut baik keputusan tersebut, QE memang bisa mengerek kenaikan bursa saham.
Tetapi, kini pasar menjadi bingung, sebab kebijakan tersebut tentunya berbalik dengan langkah BoE menaikkan suku bunga dengan agresif guna meredam inflasi.
Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun kembali naik setelah sempat turun sejenak pada hari sebelumnya, meskipun sempat mencapai 4%. Yield Treasury tenor 10 tahun terakhir naik menjadi 3,79%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gak Takut Crypto Winter, Bitcoin Dkk Terbang Pekan Ini