Akhir Pekan Investor Buru SBN, Yieldnya Melandai

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 September 2022 18:05
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (30/9/2022), mengisyaratkan adanya upaya investor untuk kembali mengakumulasi barang setelah jenuh jual.

Pembelian dilakukan secara selektif, menyisir seri seri yang menawarkan imbal hasil (yield)menarik dan prospek kenaikan ke depan. Sinyal positif berada di belakang investor dengan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pengecualian ada pada SBN tenor 3 dan 25 tahun yang dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.Sejumlah investors kedapatan melakukan pengelolaan portfolio mereka menjelang libur akhir pekan.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 3 tahun melonjak 22,1 basis poin (bp) ke posisi 6,46%, sedangkan yield SBN berjangka waktu 25 tahun naik 1,6 bp menjadi 7,543%

Yield SBN acuan 10 tahun turun 1,3 bp menjadi 7,38%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung melandai pada pagi hari ini waktu AS.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun turun 2,3 bp menjadi ke 4,147%. Sedangkan untuk yield Treasury berjangka menengah yang juga menjadi benchmark obligasi pemerintah Negeri Paman Sam, yakni tenor 10 tahun juga melandai 5,5 bp menjadi 3,692%.

Kegelisahan pasar tentang kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah membebani pasar, diperkuat oleh serangkaian komentar hawkish dari The Fed. Para bankir sentral telah menjelaskan bahwa memerangi inflasi yang terus-menerus adalah agenda utama mereka.

Pada Kamis kemarin, Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan dia akan merasa nyaman dengan kenaikan suku bunga setinggi 5% pada tahun 2023.

Sementara menurut Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester mengatakan kepada bahwa dia tidak melihat alasan untuk memperlambat kenaikan suku bunga.

Hal ini semakin membuat pasar khawatir bahwa The Fed memang benar-benar masih akan hawkish dan mereka tidak memperdulikan ekonomi Negeri Paman Sam bakal terkena resesi.

Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan Reuters, di mana The Fed akan semakin agresif menaikkan suku bunga, dan 'penderitaan' yang lebih besar akan datang.

Sebanyak 59 dari 83 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November. Kemudian, di Desember, The Fed diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.

Jika sesuai prediksi, maka suku bunga The Fed akan berada di level tertinggi sejak awal 2008, atau sebelum krisis finansial global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular