Gila! Investor AS Kehilangan Rp 136.800 Triliun, Ada Apa?

Muhammad Ma'ruf, CNBC Indonesia
Rabu, 28/09/2022 16:45 WIB
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejatuhan pasar saham di Amerika Serikat telah membuat para investor ritel di sana kehilangan lebih dari US$9 triliun atau Rp 136.800 triliun (kurs Rp 15.200/US$) dalam enam bulan. Kerugian ini diyakini akan memberi tekanan besar atas neraca dan belanja keluarga-keluarga di sana.

Angka jumbo yang direkam oleh bank sentral AS (Federal Reserve/Fed) itu diperoleh dari selisih valuasi saham dan reksadana masyarakat AS yang turun menjadi US$33 triliun pada Juni lalu, ambles dari kepemilikan US$42 triliun di awal tahun. Dengan pasar yang terus bearish sejak Juli lalu, para analis bahkan memprediksi kerugian investasi di pasar saham para investor ritel itu bisa mencapai US$9,5 sampai US$10 triliun.

Sementara para ekonom mengatakan akan ada dampak ekonomi lanjutan dari kerugian tersebut. Yakni, menambah tekanan pada dompet warga AS, dimana bisa berdampak pada pengurangan konsumsi, pinjaman hingga investasi. Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics, mengatakan kerugian tersebut bahkan dapat mengurangi pertumbuhan PDB riil hampir 0,2% pada tahun mendatang.


"Kehilangan aset saham itu berlangsung sampai sekarang, jika pun berlanjut akan kecil tetapi sangat penting karena mempengaruhi belanja masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di bulan-bulan mendatang," ujar Zandi said.

Orang-orang kaya AS menderita kerugian paling banyak dari kehilangan tersebut, karena jumlah kepemilikan yang cukup banyak di pasar saham. Masih mengacu data Fed, sebanyak 10% orang kaya AS telah kehilangan lebih dari US$8 triliun di pasar saham tahun ini, dimana ini membuat mereka kehilangan 22% dari nilai total kekayaannya. Dari angka itu, 1% orang terkaya di AS kehilangan lebih dari US$5 triliun, sementara 50% paling bawah telah kehilangan sekitar US$70 miliar kepemilikan saham.

Kerugian ini menandai pembalikan arah besar-besaran yang mengejutkan bagi para investor saham, dimana mereka baru saja mencetak kekayaan dari lonjakan harga saham sejak pandemi. Dari posisi terendah nilai saham pada 2020 hingga puncaknya akhir 2021, para investor ritel AS memang mencetak kekayaan hampir dua kali lipat, dari US$22 menjadi US$42. Kekayaan itu dimiliki orang-orang kaya di sana karena 10% diantara mereka menguasai 89% saham saham secara individual.

Namun dibalik kerugian itu, kesenjangan antara si kaya dan si miskin di AS sedikit membaik. Statistiknya, 1% orang terkaya yang tadinya menguasai 32,3% kekayaan di AS pada kuartal kedua lalu, turun penguasaannya menjadi 31%. Adapun, kekayaan di AS yang selama ini dinikmati 10% orang terkaya disana terpeleset angkanya dari 69% menjadi 68%.

Pada saat yang sama, warga AS memang memperoleh kekayaan yang cukup banyak dari kenaikan harga rumah, tetapi itu sirna diterpa kerugian di pasar saham. Nilai harga rumah di AS naik US$3 triliun di paruh pertama tahun ini menjadi US$41 triliun. Keuntungan mereka hanya sepertiga dari kehilangan di pasar saham, terlebih saat ini suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) telah naik dan harga jual rumah melandai sehingga membuat pasar perumahan kurang begitu menguntungkan lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?