
Nah Lho! China Ketularan 'Kiamat' Mata Uang

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yuan China terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga mendekati level terlemah dalam 14 tahun terakhir. Yuan menjadi korban keganasan dolar AS, sebelumnya ada yen Jepang, euro, dan poundsterling bahkan menyentuh level terlemah sepanjang sejarah.
Pada perdagangan Selasa (27/9/2022) pukul 11:41 WIB, yuan melemah 0,44% ke CNY 7.1628/US$. Pelemahan hari ini memang kecil, tetapi jika dilihat sejak Agustus, yen merosot tajam. Sepanjang tahun ini, yuan merosot nyaris 13%.
Pada 2019 dan 2020 lalu, yuan sebenarnya sempat berada di posisi lebih lemah lagi, tetapi sangat tipis posisinya dengan saat ini. Level terlemah di 2019 yakni CNY 7,1884/US$, sehingga jika itu dilewati, maka yuan akan menyentuh level terlemah dalam 14 tahun terakhir.
Jebloknya nilai tukar yuan menjadi perhatian bank sentral China (People's Bank of China/PBoC). PBoC kemarin mengumumkan kenaikan risk reserve requirement ratio untuk institusi finansial yang akan membeli valuta asing melalui kontrak forward menjadi 20% dari sebelumnya 0%, dan dimulai Rabu besok.
Pelaku pasar melihat aksi China untuk menstabilkan yuan tersebut sebagai sinyal ada kekhawatiran yang lebih ebsar dari melonjaknya nilai tukar dolar AS. PBoC juga berusaha mempertahankan agar sentimen pasar tetap positif.
Indeks dolar AS terus menanjak sejak pekan lalu. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini pada perdagangan Senin naik 0,8% ke114,02 yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2002.
Terus melesatnya indeks dolar AS tidak lepas The Fed yang menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3% - 3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya pada Kamis pekan lalu.
Suku bunga The Fed kini berada di level tertinggi sejak awal 2008.
"FOMC (Federal Open Market Committee) sangat bertekad untuk menurunkan inflasi menjadi 2%, dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dilansir CNBC International.
The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% - 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.
Bahkan, beberapa pejabat The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,75 - 5% di 2023, sebelum mulai turun di 2024.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Yuan China Sentuh Level Terendah 14 Tahun Vs Dolar AS!