
IHSG Tinggalkan Level 7.100 Setelah Bursa Filipina Terjun 4%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi pada penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (27/9/2022). Pelemahan ini mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ambrol pada perdagangan semalam karena kekhawatiran resesi pasca proyeksi suku bunga The Fed kian agresif ke depannya.
IHSG dibuka di posisi 7.127,5 dan ditutup di zona merah dengan koreksi 0,49% atau 34,77 poin ke 7.092,73 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 7,23 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.
Level tertinggi berada di 7.133,41 sekitar pukul 09:20 WIB sementara level terendah berada di 7.075,65 menjelang pukul 11:00 WIB. Mayoritas saham siang ini terpantau masih mengalami penurunan.
Statistik perdagangan mencatat ada 304 saham yang melemah dan 218 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 151 saham stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 621,6 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 557,1 miliar dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) di posisi ketiga sebesar Rp 341 miliar.
Pasar saham AS ditutup ambrol lagi pada perdagangan perdananya pekan ini di tengah gejolak kenaikan suku bunga The Fed serta proyeksi mengejutkan terkait arah suku bunga ke depan yang lebih agresif oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) sehingga memicu kekhawatiran resesi.
Dow Jones Industrial Average ambles 329,6 poin, atau 1,11%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq ditutup naik masing-masing ambrol 1,03% dan 0,6%.
S&P 500 mencatat penutupan terendah baru untuk 2022 dan Dow Jones Industrial Average tergelincir ke pasarbearishkarena suku bunga melonjak serta gejolak mengguncang mata uang global.
Tidak semua bursa regional juga berjalan mulus pada perdagangan hari ini. Bursa Filipina bahkan terpantau ambruk nyaris 4%, di tengah variasinya bursa Asia-Pasifik pada hari ini. Pada pukul 10:00 WIB, bursa saham Filipina terpantau ambruk 3,99% ke posisi 6.009,96.
Di kawasan Asia-Pasifik, beberapa bursa saham yang sempat dibuka di zona hijau pada pagi hari ini, kemudian berbalik arah ke zona merah. Adapun bursa saham Asia-Pasifik yang berbalik arah ke zona merah yakni Hang Seng Hong Kong yang merosot 0,91% dan KOSPI Korea Selatan yang terkoreksi 0,8%.
Kekhawatiran pelaku pasar akan potensi resesi atau perlambatan ekonomi global memicu Koreksi yang terjadi di hampir seluruh pasar keuangan global, termasuk saham dikarenakan investor semakin khawatir bahwa potensi resesi akan menyebabkan krisis yang cukup besar. Ditambah lagi, Tahun depan The Fed masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan.
Proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.
Bahkan ketika pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan tahun depan, proyeksi FOMC justru sebaliknya. Tahun depan mereka masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan. Proyeksi tersebut pada akhirnya membuat pasar keuangan global kembali dilanda dengan koreksi.
Kampanye kenaikan agresif Federal Reserve, ditambah dengan pemotongan pajak Inggris yang diumumkan minggu lalu telah menyebabkan dolar AS melonjak. Euro mencapai level terendah terhadap dolar sejak 2002.
"Kekuatan dolar AS seperti itu secara historis menyebabkan semacam krisis keuangan maupun ekonomi," tulis Michael Wilson dari Morgan Stanley, kepala strategi ekuitas AS, dalam sebuah catatan yang dikutip dari CNBC International.
Kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) menciptakan gejolak pasar keuangan global. Aliran modal bergerak keluar alias outflow dari negara berkembang, termasuk dari Indonesia. Aliran modal keluar menjadi tak terhindarkan. Sementara pada rentang waktu 19-22 September, dana asing yang kabur sebanyak Rp 3,80 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara dari awal tahun hingga 22 September 2022 dana asing yang kabur mencapai Rp 148,11 triliun di pasar SBN.
Kepemilikan asing pada SBN Indonesia kini tersisa 14,7%. Turun tajam dibandingkan 2019 yang mencapai 38%. Kondisi menimbulkan dampak positif dan negatif bagi perekonomian nasional.
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kinerja perekonomian nasional hingga paruh pertama tahun 2022 masih menunjukkan tren positif, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,44%. Indikator dini ekonomi Indonesia hingga Agustus 2022 masih menunjukkan keberlanjutan tren pemulihan meskipun beberapa risiko tetap harus diwaspadai.
Bahkan, ekspor pada bulan Agustus 2022 tercatat US$ 27,91 miliar. Sedangkan, neraca perdagangan pada bulan Agustus melanjutkan surplus pada 28 bulan terakhir, sebesar US$ 5,76 miliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Secara kumulatif surplus neraca perdagangan mencapai US$ 34,92 miliar.
"Ekspor pada bulan Agustus 2022 tercatat US$ 27,91 miliar (tertinggi dalam sejarah)," tulis Sri Mulyani dalam akun sosial media Instagram, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, optimisme konsumen kembali tinggi ditunjukkan oleh indeks penjualan ritel yang masih terus tumbuh, sehingga konsumsi masyarakat diperkirakan masih cukup kuat di kuartal III 2022. "Konsumsi listrik dari kegiatan bisnis dan industri, serta PMI manufaktur masih menunjukkan peningkatan," ucapnya.
Hal ini mendorong optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 akan menguat dibandingkan kuartal II 2022. "Dukungan kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia juga menjadi upaya untuk menurunkan ekspektasi inflasi ke depannya," tuturnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum) Next Article IHSG Dibuka Meyakinkan, Balik ke Level 7.300