Ancaman Resesi Nyata, Ini Investasi yang Bisa Kasih Cuan Gede

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
27 September 2022 09:10
Ilustrasi Perhiasan Perak
Foto: Ilustrasi Perhiasan Perak (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi dan ancaman lonjakan inflasi menjadi ancaman bagi perekonomian dunia. Indonesia konon masih bisa bertahan, bahkan konon resesi hanya kemungkinan kecil menimpa Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan kemungkinan resesi yang menimpa Indonesia terbilang kecil. Bahkan, Indonesia termasuk negara yang ekonominya masih bisa melakukan ekspansi.

"Negara-negara yang masih bisa ekspansi, termasuk Indonesia. Probabilitas resesi Indonesia bersama India persentasenya masih rendah," papar Airlangga dalam Mid Year Economic Outlook Bisnis Indonesia, Selasa (2/8/2022).

Namun, masyarakat juga patut untuk tetap berhati-hati dan pintar-pintar dalam memilih instrumen investasinya di antara sederet produk yang tersedia. Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha menyampaikan, ada beberapa tips investasi di tengah kondisi resesi seperti sekarang ini.

"Di tengah kondisi pasar yang sangat dinamis penting sekali bagi investor untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi untuk meminimalisir risiko dan volatilitas. Tinjau kembali profil risiko dan aset alokasi portofolio anda," ujar Dimas dalam keterangannya, dikutip Selasa (2/8/2022).

Lebih lanjut Dimas mengatakan, pastikan untuk memiliki bauran instrumen investasi yang memiliki unsur long-term growth serta instrumen dengan profil risiko yang konservatif untuk menjaga tingkat volatilitas portofolio.

"Di reksa dana, terdapat pilihan yang tersedia bagi investor untuk menyesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Terdapat reksa dana saham yang memberikan unsur pertumbuhan jangka panjang, serta reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang yang dapat memberikan unsur stabilitas bagi portofolio Anda," tambahnya.

Sementara itu, Dimas menjelaskan ada beberapa instrumen lain yang dapat dipergunakan, salah satunya saham. Ia menjelaskan, ekspektasi terhadap pemulihan ekonomi domestik menjadi katalis positif bagi pasar saham Indonesia.

"Hal tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang lebih baik akan mendorong perbaikan kinerja keuangan emiten Indonesia, terutama setelah 2 tahun kondisi pandemi yang menekan kinerjanya itu," ujar Dimas.

Berikut adalah sejumlah instrumen investasi yang menarik untuk dilirik di tengah inflasi tinggi.

Komoditas

Ketika inflasi menghantam, komoditas biasanya mengalami kenaikan paling tinggi. Hal ini karena butuh waktu lama untuk membangun kapasitas baru untuk memenuhi permintaan.

Saham emiten tambang, CPO, migas, dan produsen komoditas lainnya secara konsisten terus mengungguli kinerja pasar secara keseluruhan.

Harga minyak dan batu bara naik puluhan hingga ratusan persen tahun ini. Sementara saham tambang, khususnya batu bara, dan perusahaan minyak melonjak tajam dengan indeks energi merupakan sektor terbaik tahun ini.

Meski masih relatif asing, komoditas dapat diperdagangkan melalui bursa berjangka, yang pengembalian jangka panjangnya lebih bergantung pada perbedaan antara berbagai harga berjangka daripada komoditas yang mendasarinya.

Meski demikian perdagangan berjangka juga memiliki ancaman khusus seperti apa yang dikenal oleh trader sebagai contango, yakni ketika harga berjangka lebih tinggi dari harga spot yang diharapkan ketika kontrak berjangka jatuh tempo.

Contango berarti investor jangka panjang terus-menerus membeli tinggi dan kemudian menjual rendah, menghasilkan pengembalian "putaran" negatif.

Sejumlah komoditas sudah mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dan berada di contango. Sehingga investor harus berpikir berapa besar kenaikan harga yang cukup untuk menutupi kerugian.


Saham

Dalam kondisi inflasi tinggi atau bahkan sampai resesi, pasar saham secara keseluruhan biasanya akan memberikan pengembalian negatif. Akan tetapi hal tersebut tidak pukul rata, artinya sejumlah sektor dapat mengalami penguatan dan sektor lainnya terkoreksi dalam.

Sejumlah pandangan umum menyarankan agar investor mengoleksi value stock yang memiliki fundamental bagus, daripada growth stock yang menawarkan pertumbuhan bisnis tinggi, seperti sektor teknologi.

Selain itu sejumlah sektor juga menawarkan peluang investasi kala suku bunga tinggi, termasuk sektor energi hingga finansial.


Emas Bagaimana?

Inflasi yang tinggi dan ambruknya pasar saham AS beberapa waktu lalu ternyata tidak banyak berpengaruh pada harga emas di paruh pertama tahun ini.

Tetapi memang benar bahwa emas, secara historis, berkinerja baik ketika inflasi tinggi, mempertahankan nilainya bahkan di negara-negara di mana inflasi melonjak hingga dua digit, menurut sebuah studi untuk Credit Suisse oleh akademisi Elroy Dimson, Paul Marsh dan Mike Staunton.

Permasalahan utama dengan emas adalah dalam situasi normal cenderung memiliki kinerja kurang baik dibandingkan saham dan tidak memberikan pendapatan. Karena nilai emas ditopang oleh anggapan bahwa orang lain menganggapnya berharga, emas juga rentan terhadap apa pun yang mengancam status tersebut.

Setelah emas naik mendekati rekor pada bulan Maret, harganya merosot selama tiga bulan dan mengalami penurunan kuartalan terbesar dalam lebih dari setahun.

Tekanan pada emas tampaknya akan bertahan di paruh kedua tahun ini. The Federal Reserve telah mempercepat kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi.

Hal tersebut telah mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar AS ke level tertinggi multi-tahun, menyeret harga emas turun lebih dari 10% dari posisi tertinggi 2022.

Gejolak pasar, inflasi dan perang umumnya diperkirakan akan meningkatkan harga emas, yang dihargai karena stabilitasnya. Tetapi investor melihat kombinasi hasil yang lebih tinggi dan dolar yang meningkat sebagai sentimen yang dapat merusak performa logam mulia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular