Dolar AS Tembus Rp15.100, Mungkinkah Rp15.500? Ini Ramalannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) semakin perkasa terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk rupiah. Kini, dolar AS sudah bertengger pada level Rp 15.100.
Bagaimana ke depannya, apakah dolar AS bisa menyentuh level Rp15.500?
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Irman Faiz melihat selalu ada potensi untuk melemah lebih dalam, begitu juga dengan menguat. Hal itu bergantung pada kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia (BI).
"Kalau saya melihat masih ada potensi rupiah untuk kembali menguat menjelang akhir tahun d level 14.750-14.850/US$," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/9/2022)
"Namun dengan syarat BI meningkatkan bunga acuannya pada akhir tahun ke 5,25%. Jadi ada ruang 100 bps lagi dari posisi sekarang," kata Irman melanjutkan.
Penguatan dolar AS memang dipicu oleh keputusan The Fed yang kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Kini suku bunga acuan AS yaitu Federal Fund Rates (FFR) berada di 3,25%.
Tak cuma itu, the Fed turut memproyeksikan dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.
Hal ini mendorong aliran modal keluar alias outflow dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat hingga 22 September 2022 dana asing yang kabur mencapai Rp 148,11 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara pada rentang waktu 19-22 September, dana asing yang kabur sebanyak Rp 3,80 triliun di pasar SBN.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat potensi penguatan lebih besar ke depannya, dengan perkiraan Rp 14.800 - 14.900 per dolar AS. Situasi sekarang, menurutnya hanya bersifat sementara.
"Pelemahan mata uang Asia termasuk Rupiah saat ini cenderung terbatas dan temporary mengingat pelaku pasar akan tetap mencermati perkembangan inflasi AS terbaru yang dirilis pada pertengahan Oktober dimana diperkirakan akan cenderung melandai mempertimbangkan harga minyak mentah global yang saat ini juga dalam tren penurunan," papar Josua.
Apalagi dari sisi fundamental perekonomian, Josua menilai Indonesia masih sangat baik dibandingkan dengan negara lain. Terlihat dari sisi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inflasi terkendali, neraca perdagangan surplus, hingga cadangan devisa yang lebih dari cukup.
BI diperkirakan juga akan terus menaikkan suku bunga acuan menjadi 5-5,25% hingga akhir tahun untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
"Mempertimbangkan REER Rupiah yang masih <100 mengindikasikan bahwa nilai tukar rupiah saat ini belum menggambarkan kondisi fundamental sepenuhnya, atau dengan perkataan lain pelemahan rupiah saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor sentimen. Sehingga mempertimbangkan faktor fundamental dari rupiah, maka rupiah berpotensi menguat dari level saat ini," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS
(mij/mij)