Dolar Tembus Rp15.100, Sri Mulyani Ungkap Biang Keroknya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terpaksa bertekuk lutut dihadapan dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini disebabkan oleh gejolak dari kondisi global yang dipicu oleh kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed).
Demikianlah diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (26/9/2022)
"Tekanan pasar keuangan yang tadinya cukup mereda kembali mengalami gejolak terutama September. Indeks saham global, mulai pulih dan terkoreksi lagi. Juga dari dolar indeks menguat hingga 110. Lawan currency lain dari emerging market mengalami depresiasi," jelasnya.
Hal ini tidak lepas dari kebijakan The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Kini suku bunga acuan AS yaitu Federal Fund Rates (FFR) berada di 3,25%.
Namun yang mengejutkan adalah proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.
Apabila menganut proyeksi tersebut berarti dalam dua pertemuan terakhir, Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan di bawah 50 bps.
Bahkan ketika pelaku pasar memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga acuan tahun depan, proyeksi FOMC justru sebaliknya. Tahun depan mereka masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan.
Indeks dolar AS pada perdagangan Jumat lalu meroket hingga 1,65% ke 113,192, menjadi yang tertinggi sejak Mei 2002. Dalam sepekan, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melesat 3,12%.
Sementara Rupiah mengawali perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 15.050/US$. Tetapi tidak lama langsung jeblok 0,47% ke Rp 15.105/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
"Makin kuat dolar berarti lawannya melemah," pungkasnya.
(mij/mij)