Cerita Garuda Turunkan Utang, Kurangi Rute yang Tak Bawa Cuan

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
26 September 2022 14:20
Pesawat Bombardier CRJ1000 Garuda Indonesia (Dok: Bombardier Gallery)
Foto: Pesawat Bombardier CRJ1000 Garuda Indonesia (Dok: Bombardier Gallery)

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berpotensi mencetak laba pada tahun ini hingga 2026. Namun sebelum sampai ke sana setidaknya perseroan telah berhasil menurunkan utang dari US$ 10,1 miliar menjadi US$ 5,1 miliar dan ekuitas dari US$ -5,3 miliar menjadi US$ 1,5 miliar.

"Utang terjadi karena biaya sewa pesawat yang tinggi dan di atas rata-rata pasar, serta pengelolaan rute yang tidak maksimal karena terbang ke banyak tempat sehingga waktu tidak terdefinisi dengan baik," jelas Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada Komisi XI DPR RI, Senin (26/9/2022).

Belum lagi, Covid-19 memperparah fixed cost sementara pendapatan turun drastis. Oleh karena itu, ke depan GIAA sudah menyusun Business Plan seperti melakukan optimalisasi jumlah pesawat, penurunan tarif sewa pesawat, pemberlakuan mekanisme power by the hour, inisiatif rute untuk meningkatkan profitabilitas, dan peningkatan ancillary revenue dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif dalam business plan tersebut.

Secara rinci, penurunan tarif sewa untuk wide body rata-rata turun 43% dan narrow body turun rata-rata 34% yang telah dicapai dengan homologasi PKPU. Sedangkan pengurangan jumlah pesawat juga sudah dilakukan dari 196 pada 2020 menjadi 119 pada 2022.

"(Diharapkan) Peningkatan pendapatan ancillary dan kargo dari US$ 323 juta pada 2022 menjadi US$ 514 juta pada 2026," tegas Irfan.

Di sisi lain, Irfan juga meminta maaf karena tidak akan melayani lagi rute penerbangan yang tak menguntungkan. Penutupan rute ini bagian dari restrukturisasi keuangan dan bisnis yang tengah dibenahi perusahaan agar sehat kembali.

Pengurangan rute ini juga diikuti dengan penurunan jumlah pesawat Garuda Indonesia dari semula 136 unit menjadi 81 unit. Hal yang sama juga dilakukan di anak usaha yaitu Citilink dari 60 pesawat menjadi 58 pesawat.

"Berkaca dari masa lalu, kita juga ada negosiasi biaya ke depannya bahwa perusahaan ini harus bisa menghasilkan keuntungan. Caranya jumlah pesawat di-adjust dan rute yang diterbangkan harus selektif. Garuda ke depan tidak akan melayani rute yang tidak menguntungkan," kata Irfan.

Berdasarkan paparan Irfan, per 2019, Garuda Indonesia memiliki 172 rute yang terdiri dari 133 rute domestik dan 39 rute internasional. Rute-rute ini akan terus dikurangi dengan rincian 2022 menjadi 96 rute (65 domestik dan 31 internasional) dan 2023 jadi 72 rute (52 domestik dan 20 internasional). Sementara mulai 2024 hingga 2026, jadi 74 rute (55 rute domestik dan 19 rute internasional).

Sementara Citilink, per 2019 ada 116 rute penerbangan (105 domestik dan 11 internasional) yang juga akan dikurangi bertahap, meski jumlahnya akan lebih banyak dari Garuda Indonesia.

Pada 2022 rute Citilink dikurangi menjadi 94 rute yang seluruhnya rute domestik, 2023 menjadi 84 rute (83 domestik dan 1 internasional), 2024 menjadi 88 rute (84 domestik dan 4 internasional), 2025 jadi 95 rute (90 domestik dan 5 internasional), dan 2026 jadi 99 rute (94 domestik dan 5 internasional).

"Jadi kita hanya akan maintenance di kisaran 70-an rute (Garuda Indonesia) sembari kita akan monitor satu demi satu. Kami mohon maaf kalau tidak layani rute konstituen bapak dan ibu sekalian. Nanti akan dilayani Citilink seperti rute ke Gunung Sitoli akan ditangani Citilink," kata Irfan kepada anggota Komisi XI yang hadir.


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 95,07% Kreditur Setuju Perdamaian PKPU, Nasib Garuda Aman

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular