
The Fed dan BI Bikin Kaget, Dolar Perkasa Rupiah Makin Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah sepanjang pekan ini terpantau kurang menggembirakan. Pada pekan ini rupiah melemah dihadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan menyentuh di atas Rp 15.000/US$.
Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melemah 0,57% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS. Pada perdagangan Jumat (23/9/2022), rupiah melemah 0,13% ke posisi Rp 15.035/US$.
Dolar AS yang sedang perkasa membuat rupiah makin memburuk. Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya pada pekan ini melesat 3,12%. Ini adalah rekor tertinggi sejak 20 tahun terakhir.
Kebijakan moneter yang ketat mendorong dolar AS untuk melaju. Pada Rabu lalu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3% - 3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya.
Suku bunga The Fed kini berada di level tertinggi sejak awal 2008, dan masih akan dinaikkan hingga inflasi kembali ke 2%.
"FOMCÂ [Federal Open Market Committee] sangat bertekad untuk menurunkan inflasi menjadi 2%, dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dilansir CNBC International.
The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% - 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.
Bahkan, beberapa pejabat The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,75 - 5% di 2023, sebelum mulai turun di 2024.
Hal ini membuat dolar AS menjadi sangat perkasa, rupiah pun sulit menguat.
Selain The Fed yang masih agresif, Bank Indonesia (BI) kembali mengejutkan pasar, di mana BI menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, Kamis kemarin. Rupiah memang tak mampu menguat, tetapi setidaknya mampu lebih stabil.
Kenaikan suku bunga kemarin lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang mayoritas memperkirakan kenaikan sebesar 25 basis poin. Sehingga sekali lagi menjadi kejutan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (22/9/2022) lalu.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan kenaikan suku bunga sebagai bagian dari langkah pre-emptive, front-loading dan forward looking untuk menekan ekspektasi inflasi.Ekspektasi diperkirakan akan melonjak setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi pada 2 September lalu.
Mesli demikian, rupiah belum mampu menguat merespon kejutan dari BI. Sebab, Perry menegaskan kenaikan suku bunga tidak akan agresif.
"Kenaikan suku bunga agresif tidak diperlukan di Indonesia," ungkap Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya