Investor Masih Syok, Wall Street Kembali Dibuka Memerah
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Amerika Serikat (AS) dibuka tergelincir pada perdaagngan sesi awal hari Kamis (22/9) pagi waktu New York. Pelemahan ini sejalan dengan kinerja kemarin yang turun tajam menyusul kenaikan suku bunga siklus baru yang masih agresif dari The Fed.
Dow Jones Industrial Average turun 103 poin, atau 0,34% pada sesi awal perdagangan. Sedangkan dua indeks utama Wall Street lain yakni S&P 500 dan NASDAQ diperdagangkan 0,50% dan 0,76% lebih rendah.
Saham Boeing jatuh lebih dari 2% memimpin pelemahan pada indeks Dow Jones. Sementara itu sektor industri dan konsumen menjadi sektor S&P 500 dengan kinerja terburuk, masing-masing terkoreksi lebih dari 1%.
Saham Robinhood melonjak di tengah laporan bahwa SEC tidak akan melarang pembayaran untuk aliran pesanan (payment for order flow), yang ramai dikritisi banyak pihak. Di sisi ekonomi, data terbaru tentang klaim pengangguran mingguan datang sedikit lebih baik dari ekspektasi.
Saham turun pada hari Rabu (21/9) kemarin, melanjutkan tren jual karena investor mengevaluasi komentar terbaru The Fed. Dow merosot 522 poin ke level terendah sejak 17 Juni. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing turun lebih dari 1,7%, menempatkan kedua rata-rata pada level terendah masing-masing sejak 30 Juni dan 1 Juli.
Penurunan besar dalam pasar ekuitas terjadi selama sesi perdagangan yang bergejolak setelah kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase Fed ketiga berturut-turut.
"Pertemuan FOMC kemarin adalah pil yang sulit untuk ditelan pasar dan saya pikir ini kemungkinan berlanjut karena tiga alasan yang keluar dari The Fed," kata Saira Malik, kepala investasi Nuveen, dilansir CNBC Internasional. Tiga alasan yang diungkapkan The Fed adalah suku bunga yang lebih tinggi, inflasi, dan pengangguran.
Pembuat kebijakan pada hari Rabu berjanji untuk terus menaikkan suku bunga setinggi 4,6% pada tahun 2023 untuk menjinakkan inflasi, memicu kekhawatiran di Wall Street bahwa ekonomi dapat mengarah ke resesi karena bank sentral fokus memerangi inflasi secara agresif berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Beberapa investor semakin khawatir tentang agenda kenaikan agresif The Fed. CEO DoubleLine Capital Jeffrey Gundlach mengatakan pada hari Rabu di Closing Bell CNBC Internasional bahwa The Fed perlu memperlambat laju pengetatannya yang kian cepat
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)