Kengerian Inflasi Makin Nyata, Dominasi Dolar AS Terlalu Kuat
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan alasan di balik terus menguatnya dolar Amerika Serikat (AS). Dominasinya bahkan terlalu kuat, lantaran turut menekan kurs mata uang banyak negara, termasuk emerging market.
Inflasi di negara maju dan emerging market cenderung meningkat. Yang menjadi masalah adalah, tren ini terjadi di inflasi inti.
"Kondisi itu membuat bank sentral negara dunia mengambil kebijakan moneter secara agresif," ujar Perry, Kamis (22/9/2022).
Kebijakan agresif juga diambil oleh bank sentral AS, The Fed. The Fed bahkan memberikan sinyal kuat jika kenaikan Fed Rate tidak hanya terjadi satu atau dua kali ini saja.
"Suku bunga The Fed Tinggi dan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut. Ini mengapa dolar AS semakin kuat tekanannya terhadap kurs negara di dunia, termasuk emerging market, termasuk juga Indonesia," terang Perry.
Asal tahu saja, kuatnya dolar membuat rupiah cetak rekor terendah. Rupiah sempat jeblok hingga 0,3% melawan dolar AS ke Rp 15.040/US$, yang merupakan level terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir, tepatnya sejak 6 Mei 2020. Meski begitu, posisi rupiah membaik, pada pukul 13:00 WIB berada di Rp 15.022/US$, melemah 0,18%.
(cap/dhf)