Modal Rp 50 Juta, 10 Tahun 6 Saham Ini Bikin jadi Miliader
Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi saham merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai uang yang kita miliki. Keuntungan dari investasi saham bisa berlipat ganda dalam horizon jangka panjang karena ada harapan terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Pertumbuhan ekonomi tersebut, memunculkan ekspektasi peningkatan kinerja perusahaan, termasuk emiten-emiten yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Inilah yang menjadi pemicu banyak investor membeli saham tertentu, dengan harapan memberikan imbal hasil berkali-kali lipat.
Mari kita simak kinerja 6 saham yang bisa menghasilkan imbal hasil lebih dari 20 kali lipat dalam kurun waktu 10 Tahun. Harga enam saham tersebut menguat lebih dari 20 kali lipat dalam kurun waktu tersebut.
Cek tabel 10 Saham dengan return terbesar dalam 10 tahun:
ITMA
Sebagai contoh, jika anda membeli pada saham PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) 10 tahun yang lalu dengan nilai investasi Rp 50 juta, maka hari ini nilai uang anda sudah mencapai Rp 1,88 miliar. Periode investasi dilakukan mulai 21 September 2012 hingga 21 September 2022.
Nama eerseroan pada awal didirikan 1987 adalah PT Itamaraya Tbk, baru pada 2010 menjadi PT Sumber Energi Andalan Tbk. Dari sisi kinerja, ITMA membukukan pendapatan US$ 101,44 ribu hingga periode 30 Juni 2022 turun tipis dari USD102,47 ribu tahun sebelumnya.
Laporan keuangan perseroan Senin menyebutkan, laba kotor sama yakni di posisi US$ 101,44 ribu turun dari laba kotor US$ 102,47 ribu tahun.
Laba neto yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk diraih US$ 28,82 juta naik dari laba neto US$ 5,02 juta.
DNET
Lalu saham PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), pemilik gerai ritel Indomaret. Nilai sahamnya dalam 10 tahun meningkat 3.175% menjadi Rp 3.740/unit.
Investasi Rp 50 juta anda pada saham ini bisa meningkat menjadi Rp 1,59 miliar dalam kurun waktu tersebut. Apalagi jumlah gerai Indomaret terus bertambah dari tahun ke tahun.
Kinerja DNET juga tidak memalukan pada semester I-2022, dimana bisa mengantongi laba bersih senilai Rp 614,60 miliar. Capaian itu naik 120,74% year on year (yoy) dari periode sama tahun 2021 senilai Rp278,42 miliar.
Kenaikan ini merupakan imbas dari pertumbuhan pendapatan DNET yang diperoleh dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp 469,73 miliar, ditambah keuntungan atas laba entitas asosiasi dan ventura bersama sebanyak Rp491,07 miliar. Keduanya masing-masing tumbuh 46,6% yoy, dan 139,76% yoy.
TMAS
Saham PT Temas Tbk (TMAS) juga tak kalah fantastis kenaikan harga sahamnya. Uang Rp 50 juta anda bisa berubah menjadi Rp 1,56 miliar.
Dari sisi kinerja TMAS memperoleh pendapatan Rp 2,32 triliun pada semester pertama tahun ini. Nilai tersebut naik 51,63% dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,53 triliun.
Beban pokok pendapatan juga tercatat naik 21,77% dari paruh pertama tahun lalu senilai Rp 1,24 triliun menjadi Rp 1,51 triliun. Dengan demikian, Temas meraih total laba bruto senilai Rp 809,61 miliar atau melonjak 177,91% dari periode yang sama tahun lalu Rp 291,32 miliar.
MTDL
Saham emiten milik Grup Ciputra ini rupanya cukup menunjukkan performa bagus. Dalam kurun waktu 10 tahun, saham PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL) menguat 2.925%. Jika anda membeli saham ini Rp 50 juta setahun lalu, maka uang anda sudah mencapai Rp 1,46 miliar.
Sepanjang kuartal I-2022, MTDL berhasil meraih penjualan sebesar Rp 5,2 triliun atau naik 33,7% YoY dari sebelumnya Rp 3,8 triliun di kuartal I-2021.
Berdasarkan laporan keuangannya dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan tersebut terutama kontribusi dari penjualan perangkat keras Rp 3,8 triliun, perangkat lunak Rp 888 miliar, jasa dan pemeliharaan Rp 462,5 miliar dan lain-lain Rp 5,3 miliar.
TPIA
Saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dalam 10 tahun terakhir naik 2.646%. Perusahaan milik pengusaha Prajogo Pangestu ini tampil impresif dan menjadi perusahaan petro kimia terbesar di tanah air.
Investasi Rp 50 juta yang anda tanam pada saham ini 10 tahu lalu, bisa menjadi Rp 1,32 miliar pada hari ini. Tentu ini keuntungan yang cukup besar dalam kurun waktu 10 tahun.
Chandra Asri Petrochemical membukukan kerugian bersih sepanjang tiga bulan pertama 2022. Padahal, emiten produsen petrokimia ini berhasil meningkatkan kinerja top line di kuartal pertama.
Mengacu pada laporan keuangan, Kamis (28/4), TPIA membukukan pendapatan bersih senilai US$ 677,7 juta. Pendapatan ini naik 13,3% dari pendapatan bersih di kuartal pertama 2021 sebesar US$ 598,4 juta.
Meski pendapatan naik, beban pokok pendapatan TPIA juga meningkat 45% yoy menjadi US$ 652,7 juta dari sebelumnya US$ 450,8 juta. Kenaikan beban ini sebagian besar disebabkan oleh rata-rata harga bahan baku yang lebih tinggi
Sebagai hasilnya, selama kuartal pertama 2022, TPIA mencatat rugi bersih periode berjalan senilai US$ 11,11 juta. Posisi ini berbanding terbalik dari kinerja TPIA di kuartal pertama 2021 yang membukukan laba bersih hingga US$ 84,38 juta.
SMDR
Terakhir adalah PT Samudra Indonesia Tbk (SMDR) yang sahamnya naik 2.165% dalam 10 tahun terahir. Jika anda menanamkan Rp 50 juta pada saham ini, maka pundi-pundi anda pada saham ini sudah menjadi Rp 1,08 miliar.
Tak banyak instrumen investasi yang bisa memberikan cuan hingga ribuan persen seperti saham. Meski demikian, pilihan saham yang tepat menjadi kunci agar anda bisa mendapatkan hasil maksimal.
(hps/hps)