Beli Perusahaan Sekarat Bikin Jadi Sultan? Bisa Loh!

Market - trp, CNBC Indonesia
21 September 2022 12:05
Infografis/Gokil!! Dari perusahaan cokelat, warren buffett cuan 8000%/Aristya Rahadian Foto: Infografis/Gokil!! Dari perusahaan cokelat, warren buffett cuan 8000%/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Warren Buffett terkenal dengan mazhab cigar butt stock investing. Ini merupakan strategi memilih saham yang harganya sudah sangat murah, bahkan di bawah nilai likuidasinya.

Ditambah pendekatan fundamental lain, mazhab tersebut terbukti membuat kekayaan suhu dari Omaha itu melesat. Ia bahkan menjadi salah satu orang terkaya di dunia saat ini.

Cerita Warren Buffet membeli saham perusahaan sekarat dimulai pada 1964. Ia membeli perusahaan tekstil sekarat, yang kelak menjadi kendaraan investasinya saat ini, Berkshire Hathaway (BRK).

Saat Warren Buffett mengambil alih perusahaan tekstil tersebut harganya masih US$ 12,37/saham.

Sebagai catatan di tahun 1967 di mana CEIC pertama kali mencatat kurs rupiah terhadap dolar, untuk US$ 1 dihargai setara Rp 149. Artinya harga satu saham BRK setara dengan Rp 1.856.

Apabila saat itu seorang warga Indonesia memiliki modal Rp 1,5 juta dan mengkonversinya menjadi dolar AS yang setara dengan US$ 10.000, maka dapat membeli saham BRK sebanyak 808 lembar.

Dengan modal yang tergolong sedikit tersebut maka nilai investasi sebesar US$ 10.000 akan menjadi kurang lebih US$ 337 juta. Nilai tersebut diperoleh karena saham BRK A yang sudah ada sejak 1964 kini dihargai US$ 416.907/saham.

Artinya dalam kurun waktu 58 tahun return dari capital gain saham BRK A mencapai 3.370.207% atau memberikan return secara compounding 19,7% per tahun.

Hal inilah yang menyebabkan nilai investasi Rp 1,5 juta yang dulu ditempatkan di saham BRK A sekarang sudah senilai US$ 337 juta atau setara dengan Rp 5,05 triliun mengacu pada nilai kurs dolar AS saat ini di angka Rp 14.980/US$.

Selain karena harga saham BRK A yang melesat signifikan, nilai tukar rupiah juga melemah drastis sehingga memunculkan multiplier effect ketika berinvestasi di ekuitas asing. Terhitung sejak tahun 1960-an, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi hampir 10.000%.

Hal inilah yang menyebabkan investasi sebesar Rp 1,5 juta dapat berubah menjadi Rp 5,05 triliun atau menghasilkan total return sebesar 336.581.245%.

Meskipun demikian perlu diingat bahwa Rp 1 pada tahun 1967 jelas berbeda dengan Rp 1 sekarang. Nilai Rp 1 pada tahun 1967 tentunya jauh lebih berharga dari Rp 1 saat ini karena adanya faktor berupa inflasi.

Dilansir dari data World Bank di mana inflasi tahunan sejak 1967 hingga 2022 rata-rata sebesar 11,59% per tahun, maka uang sebesar Rp 1,5 juta di tahun 1967 setara dengan Rp 626 juta di tahun 2022.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jreng! Aksi Senyap Warren Buffet Tinggalkan Produsen Chip


(trp/dhf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading