Investor Masih Menanti The Fed-BI, Yield SBN Naik Lagi
Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (20/9/2022), karena investor masih menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI).
Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Namun di SBN tenor 5 dan 10 tahun, investor ramai memburunya, ditandai dengan turunnya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 5 tahun turun 0,3 basis poin (bp) ke posisi 6,683%, sedangkan yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara juga turun 1,1 bp ke 7,198%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Baik di global maupun di dalam negeri, pelaku pasar masih menanti pengumuman dari rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Bank Indonesi (BI), dan beberapa bank sentral utama di negara lainnya.
Di dalam negeri, pelaku pasar menanti pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis mendatang. Pelaku pasar juga memprediksi BI akan kembali menaikan suku bunganya.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.
Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis point (bp) menjadi 4,00%. Sementara dua lembaga/institusi lainnya memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bp menjadi 4,25%.
Sebagai catatan, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp menjadi 3,75% pada Agustus 2022. Kenaikan tersebut adalah yang pertama sejak November 2018 atau dalam 44 bulan.
Ekonom DBS, Radhika Rao juga mengatakan BI perlu menaikkan suku bunga untuk menjaga ekspektasi inflasi. Ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar (BBM) Subsidi pada 2 September lalu.
Inflasi umum Indonesia menembus 4,64% (year-on-year/yoy), sementara inflasi inti tercatat 3,04% (yoy). Inflasi inti (yoy) adalah yang tertinggi sejak November 2019 (3,08%).
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung kembali menguat pada hari ini, di mana untuk yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun nyaris menyentuh 4%.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun kembali naik 1,8 bp menjadi 3,964%, di mana level ini merupakan yang tertinggi 15 tahun terakhir atau sejak tahun 2007.
Yield Treasury jangka pendek paling sensitif terhadap kebijakan The Fed dan sentimen dari inflasi, sehingga jika inflasi masih tinggi dan The Fed masih bersikap hawkish, maka yield Treasury tersebut cenderung akan terus menanjak.
Tak hanya Treasury berjangka pendek saja, yield Treasury berjangka menengah yang juga menjadi benchmark obligasi pemerintah Negeri Paman Sam, yakni Treasury berjatuh tempo 10 tahun kini berada di kisaran 3,5%, tepatnya di posisi 3,538%, naik 4,9 bp.
Pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee) akan digelar pada Selasa-Rabu waktu setempat dan hasilnya diumumkan pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pasar memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat probabilitas sebesar 82%, The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp), dan probabilitas sebesar 18% untuk kenaikan 100 bp.
Tak hanya The Fed saja, bank sentral utama di berbagai negara juga akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya pada Kamis, sehingga Kamis pekan ini disebut sebagai 'Super Thursday'.
Adapun bank sentral utama tersebut yakni bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB) dan BoJ.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)