Ada 'Super Thursday', Rupiah Tembus Rp 15.000/US$ Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 19/09/2022 06:50 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,82% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.950/US$ sepanjang pekan lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 2 Agustus.

Bank sentral AS (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga di pekan ini membuat rupiah tertekan. Sebabnya, The Fed diperkirakan bisa menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 3,25% - 3,5%.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 18% The Fed akan menaikkan 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia. Sementara probabilitas sebesar 82% untuk kenaikan 75 basis poin.


Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, ada risiko rupiah akah terpuruk di pekan ini. Sebab dengan kenaikan sebesar itu, bisa menjadi indikasi The Fed melihat inflasi masih akan terus menanjak atau belum mencapai puncaknya.

Sementara jika 75 basis poin, rupiah memiliki peluang menguat.

Selain itu dari dalam negeri, pelaku pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) juga di hari Kamis. Pelaku pasar akan melihat bagaimana respon BI terhadap kebijakan The Fed.

Meski BI berulang kali menegaskan tidak merespon kenaikan suku bunga The Fed, tetapi jika rupiah terpuruk maka BI tentunya akan bertindak juga guna menjaga stabilitas. Apalagi, pelemahan rupiah berisiko mengakselerasi inflasi yang bisa berdampak buruk bagi perekonomian.

Selain The Fed dan BI, ada juga bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) serta bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di hari Kamis, sehingga disebut 'Super Thursday'. Kedua bank sentral tersebut diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara agresif, dan bisa mempengaruhi pergerakan pasar mata uang.


Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kembali ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) kisaran Rp 14.890/US$ - Rp 14.900/US$.

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kembali bergerak naik tetapi belum masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Selama bertahan di atas MA 50, rupiah berisiko melemah lebih jauh menuju Rp 14.940/US$ - Rp 14.950/US$. Penembusan level tersebut akan membawa rupiah melemah Rp 15.000/US$ hingga Rp 15.035/US$ yang merupakan level terendah tahun ini.

MA 50 kini menjadi support kuat di pekan ini. jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.860/US$ - Rp 14.850/US$. Support selanjutnya berada di kisaran Rp 14.800/US$ hingga Rp 14.780/US$ yang merupakan MA 100.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS