Yield SBN Beragam di Tengah Inflasi AS yang Masih 'Panas'

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 14/09/2022 20:12 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (14/9/2022), di mana investor cenderung khawatir setelah dirilisnya inflasi di Amerika Serikat (AS).

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam, di mana di SBN tenor 3, 5, 15, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) dan menguatnya harga.

Sedangkan di SBN tenor 1, 10, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.


Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 15 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni turun 2,6 basis poin (bp) ke posisi 6,958%.

Sedangkan SBN berjangka waktu 25 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya hari ini, yakni naik 2,8 bp ke posisi 7,531%.

Sementara untuk yield SBN berjangka panjang yakni tenor 30 tahun stagnan di level 7,248%.

Adapun untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara naik 0,7 bp ke posisi 7,124%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Beralih ke AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung naik pada pagi hari ini, setelah dirilisnya inflasi AS periode Agustus 2022.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury tenor pendek yakni 2 tahun naik 2,6 bp ke posisi 3,782%.

Sedangkan yield Treasury berjangka menengah yakni tenor 10 tahun yang juga menjadi Treasury benchmark AS juga naik 2,7 bp menjadi 3,618%.

Data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Agustus 2022 menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.

Sementara secara bulanan naik 0,1% (month-to-month/mtm) meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm.

Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus. Di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.

Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.

Laporan inflasi Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00-3,25% adalah 66%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25- 3,50% adalah 34%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas