Akuisisi Perusahaan Kripto, Intip Gerak Saham GOTO

Feri Sandria, CNBC Indonesia
12 September 2022 13:50
Infografis, Gaji Karyawan Perusahaan Teknologi Mahal?
Foto: Infografis/ Karyawan Perusahaan Teknologi/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham emiten teknologi terbesar RI, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), melemah signifikan tidak lama pasca akuisisi perusahaan kripto dan penyampaian kinerja keuangan semester pertama tahun ini.

GOTO diketahui mengumumkan akuisisi pada 29 Agustus lalu dan tampaknya disambut positif oleh pasar dengan kenaikan harga saham di hari selanjutnya, meskipun relatif minim.

Namun pada hari yang sama pasca penutupan perdagangan bursa, GOTO menyampaikan kinerja keuangan yang masih 'berdarah-darah' sehingga pada hari setelahnya (31 Agustus 2022), saham perusahaan ramai-ramai dilepas oleh investor hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB).

Sejak penutupan perdagangan tanggal 30 Agustus lalu, sehari pasca pengumuman akuisisi dan tepat sebelum pengumuman kinerja keuangan, saham GOTO hanya tercatat menguat sekali saja dalam sebelas hari perdagangan terakhir. Penguatan tersebut juga relatif kecil atau kurang dari 1,5%.

Hari ini saham GOTO kembali diperdagangkan di zona merah, hingga penutupan perdagangan sesi pertama Senin (12/9), saham GOTO turun 2,13% ke harga Rp 276/saham.

Total transaksi mencapai Rp 121,53 miliar, sementara itu volume dan jumlah transaksi yang dilakukan tergolong ramai dan termasuk salah satu yang terbesar hari ini, berdasarkan data RTI.

Sejak penutupan perdagangan 30 Agustus, saham GOTO telah melemah sekitar 15%. Sebelumnya saham GOTO sempat turun signifikan ke harga terendah Rp 194/saham - 43% di bawah harga IPO - pada 13 Mei, namun perlahan naik hingga menyentuh rekor harga tertinggi Rp 404/saham - 20% di atas harga IPO - pada 15 Juni. Pasca reli tersebut, saham GOTO tidak pernah turun dari level psikologis Rp 275/saham sejak tanggal 19 Mei.

Kerugian Masih Jumbo

Sepanjang semester pertama tahun ini GOTO mencatatkan kerugian Rp 13,65 triliun. Kondisi kuartal kedua ternyata tidak jauh lebih baik dari kuartal pertama dengan catatan kerugian dalam tiga bulan pertama tahun ini sebesar Rp 6,61 triliun.

Kerugian fantastis ini sebagian besar disebabkan oleh masih besarnya promosi dan insentif yang diberikan perusahaan untuk mengamankan posisi di Indonesia, salah satu pasar digital utama yang diperebutkan banyak pihak.

Beban besar ini tidak serta merta dapat dihilangkan mengingat kompetitor utama seperti superapp lainnya, Grab untuk ride hailing dan Shopee di sektor e-commerce masih secara agresif memberikan beragam penawaran demi menjaring pengguna baru atau meningkatkan loyalitas pelanggan.

Pada paruh pertama tahun ini pendapatan GOTO naik 100% menjadi Rp 10,74 triliun dari semula hanya Rp 5,37 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Akan tetapi pendapatan tersebut masih kotor, karena belum dipotong dengan promosi yang diberikan yang nilainya mencapai Rp 7,34 triliun - 68% dari total pendapatan kotor. Angka promosi tersebut naik tidak hanya dari nominal melainkan juga porsi terhadap pendapatan bruto tahun sebelumnya.

Pendapatan bruto yang naik tajam akhirnya mampu membuat pendapatan bersih perusahaan ikut melonjak 73% menjadi Rp 3,40 triliun.

Meski kerugian terus melebar, kondisi yang sama juga dialami oleh kompetitor. Bahkan sejumlah perusahaan teknologi raksasa besar saat ini sempat mengalami masa kerugian yang panjang.

Amazon dan Alibaba butuh beberapa tahun sebelum mencatatkan laba bersih, sedangkan pemain baru seperti Shopee dan e-commerce Korea Selatan Coupang masih bernasib sama seperti GOTO dan belum mampu mencatatkan laba bersih.

Sementara itu kondisi di bisnis ride hailing jauh lebih suram, dengan pemain besar utama seperti Uber dan Lyft secara operasional masih belum terbukti menguntungkan. Adapun kompetitor utama Gojek di Asia Tenggara, Grab, masih mengalami kondisi keuangan yang serupa.

Polarisasi Rekomendasi Analis

Saham GOTO sebenarnya telah lama ditunggu-tunggu oleh para investor lokal yang mengharapkan dapat mewujudnya mimpi memiliki perusahaan teknologi yang dapat naik signifikan di masa depan. Cetak biru saham teknologi Wall Street menjadi acuan, seperti Amazon, Facebook hingga Tesla.

Namun kondisi makroekonomi global yang sedang berat serta himpitan dari menjamurnya kompetitor lokal, regional dan global membuat sejumlah investor mengukur kembali ambisinya. Senada, analis juga mengirimkan sinyal serupa.

Data Refinitiv mencatat bahwa secara rata-rata dari 9 analis, rekomendasi yang diberikan memiliki bobot 2,56 atau setara dengan hold. Lima analis menyarankan beli, satu menyarankan tahan dan tiga lainnya menyarankan jual.

Selanjutnya secara rerata target harga GOTO adalah Rp 368 atau 9% lebih tinggi dari harga IPO. Target harga tertinggi tercatat Rp 500 dan terendah Rp 224.

Selain analis CLSA yang baru mengubah ratingnya menjadi beli, analis lain yang sebelumnya telah memberikan rating beli pada GOTO termasuk dari Danareksa (target Rp 410), Nomura (target Rp 416) dan Ciptadana (Rp 500).

Sebelumnya, Morgan Stanley sempat mengirimkan sinyal jual dan memberi peringkat underweight dengan target harga Rp 230 bagi saham GOTO.

Morgan Stanley menyebut saham GOTO saat ini masih kemahalan, apabila dibandingkan dengan kompetitor lokal dan regional seperti Grab dan induk Shopee, Sea Limited yang keduanya melantai di Wall Street.

Sementara itu analis UOB memberikan rekomendasi jual atas saham GOTO dengan target harga Rp 240/saham.

SmartEstimate Refinitiv atas laporan sejumlah analis memperkirakan tahun ini pendapatan GOTO akan mencapai Rp 8,62 triliun dengan total kerugian Rp 25,92 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular