Ini Kode Powell Sebelum "Pekan Bisu", Rupiah Bakal Mengguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 September 2022 06:50
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat 0,13% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.895 pada perdagangan Kamis kemarin. Pada perdagangan Jumat (9/9/2022), pernyataan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell sebelum "pekan bisu" atau blackout period. 

"Pertemuan the Fed bakal digelar dua pekan ke depan dan ada masa "blackout period". Pernyataan apapun dari the Fed pada minggu ini akan diteliti oleh pasar karena mereka harus menjahit informasi apapun untuk mengetahui kebijakan the Fed," tutur analis senior Citi Index Matt Simpson, kepada Reuters.

Powell berbicara pada acara Annual Monetary Conference yang diselenggarakan Cato Institute. Dalam kesempatan tersebut, Powell menegaskan akan terus menaikkan suku bunga sampai target inflasi tercapai. 

"Saya meyakinkan anda, saya dan rekan-rekan saya sangat berkomitmen dalam proyek ini (menaikkan suku bunga) sampai tugas kami selesai (inflasi turun)," kata Powell. 

Pasca pernyataan tersebut, pasar melihat suku bunga akan dinaikkan lagi sebesar 75 basis poin bulan ini, dengan probabilitas sekitar 86%. 

Meski demikian, indeks dolar AS tak mampu mempertahankan penguatan. Pada perdagangan Kamis, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,12% ke 109,70. Penurunan tersebut tentunya membuka peluang penguatan rupiah pagi ini. 

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR berada di rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) yang berada di kisaran Rp 14.890/US$ - Rp 14.900/US$.
Rupiah dalam di pekan ini bergerak di dekat level tersebut.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, rupiah punya peluang menguat. Apalagi Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memprediksi pergerakan harian bergerak mulai turun dari wilayah overbought, sehingga ruang penguatan rupiah masih cukup besar lagi.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Jika mampu ke bawah dan bertahan di bawah Rp 14.900/US$ hingga Rp 14.890/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.860/US$ - Rp 14.850/US$.

Sebaliknya, selama kembali ke atas MA 50, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.930/US$. Penembusan di atas level tersebut akan membawa rupiah melemah ke Rp 14.960/US$ - Rp 14.970/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular