Indeks Dolar AS Akhirnya Jeblok, Rupiah Siap Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 September 2022 06:50
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) masih sangat perkasa, rupiah akhirnya melemah 0,2% ke Rp 14.915/US$ Rabu kemarin. Indeks dolar AS yang terus menanjak hingga mencapai level tertinggi dalam lebih dari 20 tahun membuat rupiah melemah. Namun, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut berakhir melemah 0,34% ke 109,84. Hal tersebut membuka peluang penguatan rupiah pada perdagangan Kamis (8/9/2022).

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa bulan Agustus. Hasilnya tidak ada perubahan, cadangan devisa pada akhir bulan lalu sebesar US$ 132,2 miliar, sama dengan posisi akhir Juli.

Meski demikian, cadangan devisa tersebut bisa saja bertambah jika rupiah tidak mengalami tekanan. Hal tersebut terindikasi dari pernyataan BI.

"Perkembangan posisi cadangan devisa pada Agustus 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, penerimaan devisa migas, di tengah kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," tulis BI dalam keterangan resminya, Rabu (7/9/2022).

Pernyataan tersebut mengindikasikan BI menggunakan cadangan devisa untuk melakukan intervensi guna menstabilkan rupiah.

Seperti disebutkan BI ketidakpastian global membuat rupiah tertekan. Selain itu, dari dalam negeri isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar turut memberikan dampak negatif ke rupiah.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sudah berada di atas resisten kuat Rp 14.890/US$ hingga Rp 14.900/US$. Resisten tersebut merupakan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Meski demikian, rupiah masih belum jauh di atas level tersebut, yang bisa dikatakan weak breakout. Peluang rupiah berbalik arah pun masih besar.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, rupiah punya peluang menguat. Apalagi Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memprediksi pergerakan harian bergerak sudah masuk overbought, sehingga ruang penguatan rupiah lebih besar lagi.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv 

Support terdekat kini berada di kisaran Rp 14.900/US$ hingga Rp 14.890/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.860/US$ - Rp 14.850/US$.

Sebaliknya, selama tertahan di atas MA 50, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.930/US$. Penembusan di atas level tersebut akan membawa rupiah melemah ke Rp 14.960/US$ - Rp 14.970/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular