Breaking News: Harga Batu Bara Melonjak 4% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melonjak. Pada perdagangan Kamis (1/9/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 433,7 per ton. Melonjak 4,38% dibandingkan hari sebelumnya.
Penguatan kemarin adalah yang tertinggi sejak 10 Agustus lalu di mana pada saat itu harga batu bara melonjak 6,93%.
Secara keseluruhan, harga batu bara sudah menguat 5,1% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara melonjak 10,24% sementara dalam setahun terbang 150,5%.
Kembali melonjaknya harga batu bara tidak bisa dipisahkan dari kenaikan harga gas. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin melambung ke EUR 243 per megawatt-jam. Harga gas alam tersebut naik 1,29% dibandingkan hari sebelumnya.
Harga gas alam melonjak menyusul langkah perusahaan gas Rusia Gazprom yang menghentikan pengiriman gas melalui jaringan Nord Stream 1 karena jaringan tersebut dalam proses perbaikan. Perbaikan sudah dilakukan sejak Selasa (31/8/2022) dan diharapkan selesai besok, Sabtu (3/9/2022).
Pengiriman gas dihentikan di tengah upaya Eropa untuk mempercepat pengisian storage gas untuk antisipasi musim dingin mendatang. Storage diharapkan bisa terisi 75% hingga September awal, 85% per 1 Oktober, dan 95% per 1 November.
Analis Rystad Energy Wei Xiong memperkirakan storage gas di Eropa saat ini masih terisi 66% dari kapasitas. Eropa harus bekerja keras untuk memenuhi target mereka, terutama setelah Gazprom menghentikan sementara pengiriman gas.
"Pasokan energi untuk musim dingin di Eropa masih rawan karena rendahnya pengiriman dari Rusia serta perbaikan Nord Stream 1. Kapasitas storage masih rentan," tutur Xiong, seperti dikutip dari CNBC International.
Persoalan pasokan gas akan mendongkrak harga batu bara mengingat batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Afrika Selatan Gwede Mantashe mengingatkan krisis energi yang kini dihadapi Eropa membuktikan jika peran batu bara sangat penting. Pasokan energi terbarukan belum sepenuhnya bisa diandalkan sehingga penggunaan sumber energi fosil tetap diperlukan.
"Keinginan besar untuk mengalihkan sumber energi dari batu bara ke energi terbarukan menjadi mitos. Banyak yang mengira energi terbarukan akan menjadi penyelamat tetapi kenyataan yang kita lihat tidak demikian. Jerman telah mendapat pelajaran pahit dari kondisi itu," tutur Mantashe, seperti dikutip dari mining.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Gak Ada Matinya, Batu Bara Masih pepet US$ 400/Ton
(mae/mae)