
Saham Ini Sukses Kasih Cuan Besar, Tapi Ada Juga yang Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (1/9/2022) di zona merah. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,36% ke posisi 7.153,1. IHSG sempat bergerak di zona hijau pada sesi I setelah dibuka terkoreksi. Namun berbalik arah ke zona merah di sesi II.
Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka melemah 0,17% di posisi 7.166,43. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG mencoba untuk memangkas koreksinya dan berhasil menyentuh zona hijau.
Namun, penguatan IHSG tidak berlangsung lama. Di menit-menit terakhir perdagangan sesi II kemarin, IHSG kembali menurun dan pada akhirnya berakhir di zona merah.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 27 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 238 saham menguat, 282 saham melemah, dan 180 saham lainnya stagnan.
Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 383,73 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 232,46 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 151,27 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Saat IHSG ditutup memerah, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten bidang konstruksi dan jasa konsultasi manajemen di bidang teknologi informasi yakni PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) memimpin jajaran top gainers pada perdagangan kemarin. Saham HDIT ditutup meroket 34,78% ke posisi harga Rp 93/saham.
Nilai transaksi saham HDIT pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 27,22 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 310,41 juta lembar saham. Namun, investor asing melepas saham HDIT sebesar Rp 1,52 juta di pasar reguler.
Jika melihat data perdagangan, sejak perdagangan 22 Agustus hingga kemarin, saham HDIT mencatatkan penguatan hanya sebanyak 2 kali, sedangkan melemah sebanyak 3 kali, dan sisanya stagnan sebanyak 4 kali.
Dalam sepekan terakhir, saham HDIT terpantau melejit 30,99%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, saham HDIT melonjak 25,68%.
Belum diketahui secara signifikan terkait kenaikan saham HDIT. Tetapi, jika melihat kinerja keuangannya, pada kuartal II-2022 HDIT berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 2,11 miliar.
Sebagai informasi, HDIT memulai bisnis yang berfokus di Indonesia bagian Timur. Perusahaan yang melantai di Bursa pada tahun 2019 ini telah berkembang pesat menjadi perusahaan solusi FinTech di Indonesia.
HDIT khususnya bergerak di perdagangan elektronik dengan produk-produk digital seperti pulsa, token listrik, pembayaran tagihan, pemesanan tiket, dan voucher digital.
Saat ini HDIT sudah memiliki lebih dari 200.000 agen pembayaran di seluruh Indonesia yang terdiri dari perusahaan swasta, distributor lokal, UMKM hingga perorangan.
Saat IHSG kembali terkoreksi, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten produsen alat kesehatan yakni PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) kembali menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top losers pada perdagangan kemarin. Saham MEDS ditutup ambles 6,94% ke posisi Rp 322/saham.
Nilai transaksi saham MEDS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 7,53 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 23,04 juta lembar saham. Asing kembali mengoleksi saham MEDS sebesar Rp 25,79 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 22 Agustus hingga kemarin, saham MEDS hanya mencatatkan penguatan sebanyak 2 kali, sedangkan sisanya melemah sebanyak 7 kali. Dengan ini, maka saham MEDS mencatatkan penurunan sebesar 16,58% dalam sepekan terakhir.
MEDS bergerak pada sektor Healthcare dengan sub sektor Healthcare Equipment & Providers. Adapun Industri MEDS adalah Healthcare Equipment & Supplies dengan sub industri Healthcare Supplies & Distributions.
Tercatatnya MEDS di bursa merupakan langkah awal dari pengembangan bisnis untuk dapat memajukan industri alat kesehatan di Indonesia.
Harga penawaran MEDS adalah senilai Rp 125 per lembar saham dengan jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 1.562.500.000 lembar saham. Adapun kapitalisasi pasarnya hingga kemarin mencapai Rp 403,13 miliar.
Dalam Penawaran Umum Perdana ini, Perseroan menawarkan 312,5 juta saham baru atau setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum. Dengan demikian, total dana yang dihimpun adalah sebesar Rp 39,06 miliar.
MEDS berkomitmen untuk menjaga kepercayaan yang diberikan pada investor dengan menjalankan standar good corporate governance (GCG) yang baik dengan tetap meningkatkan kinerja operasional dan keuangan Perseroan untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham atau investor Perseroan.
Dana IPO akan digunakan untuk melakukan renovasi gudang milik Perseroan menjadi pabrik yang dapat beroperasi, pembelian mesin masker Duckbill, dan masker medis KN95, masker medis KF94 dan masker medis N95 serta bahan baku produksi.
Setelah IPO, Perseroan mampu memproduksi varian masker yang lebih luas. Emiten yang berasal dari Kota Cimahi, Jawa Barat ini yakin tren penggunaan masker akan tetap berlanjut meskipun pandemi sudah relatif terkendali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah