
Konglomerat Ini Dulu Cleaning Service, Kini Jadi Pemilik Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang kaya yang juga harus merangkak dari tangga pertama kesuksesan. Salah satunya adalah Roman Avdeev yang punya perjuangan tak mudah menjadi orang kaya dan bos perusahaan besar di Rusia. Avdeev diketahui pernah menjadi buruh dan cleaning service sebelum menjadi bos sekaligus pemilik salah satu bank di negaranya.
Avdeev adalah sosok konglomerat yang terkenal di Rusia, terutama dengan sifat dermawannya. Kegigihannya dalam meniti karir juga membuatnya disorot oleh masyarakat Rusia.
Pria yang lahir pada 17 Juli 1967, tak hanya bos dari bank besar, Avdeev juga merupakan kepala keluarga dari 23 anak, 4 orang anak kandung, dan sisanya diadopsinya bersama sang istri Elena.
Kini Roman Avdeev memiliki kekayaan sebesar US$ 1,7 miliar menurut catatan Forbes. Kekayaannya naik dari sebelumnya pada Juli 2020 sebesar US$ 1,1 miliar. Semua kekayaan yang dia miliki, ia peroleh sehak meniti karir di dunia perbankan.
Dilansir dari Yo Success, Avdeev adalah pemilik sekaligus Presiden Direktur Moscow Credit Bank (MCB). Avdeev juga menjabat sebagai direktur dari lembaga dana pensiun swasta, Soglasie.
Ternyata, meski kini menjadi bos sebuah bank besar, sejak kecil Roman Avdeev bermimpi menjadi seorang arkeolog bukan menjadi pembisnis atau bankir. Dia pun memasuki Institut Energi di ibu kota Rusia, Moskow setelah lulus dari sekolah menengah. Setelah satu tahun pelatihan di Institut, dia kemudian dipanggil menjadi tentara militer.
Pada 1986, Roman Avdeev bertugas di Kostroma, dalam formasi konstruksi militer sebagai sekretaris komandan. Namun dia juga bekerja menjadi petugas kebersihan yang biasa disebut cleaning service. Padahal saat itu Avdeev tengah melanjutkan pendidikan, tetapi harus bekerja sebagai pembersih dan penjaga di malam hari untuk memberi makan istri dan anaknya.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikan teknisnya di Universitas Teknik Lipetsk untuk mendapat gelar diploma. Dia juga mengikuti kursus praktis perbankan di Universitas Bisnis Internasional Moskow dan teknologi Informasi. Dari sana lah modal yang didapat Avdeev untuk menjadi pengusaha, dan kini menjadi salah satu bankir yang sukses di Rusia.
Karirnya di dunia perbankan dimulai ketika ia bekerja di Moscow Credit Bank (MCB) pertama kalinya, yaitu 25 tahun yang lalu. Kala itu, MCB hanya memiliki 14 orang karyawan, dan hampir semua bisnis di bank tersebut mandek. Namun, pada 1994-1996 Avdeev memberikan banyak inisiasi proyek yang berujung pada kesuksesan.
Ia bahkan mampu menyukseskan proyek-proyek MCB lebih baik dibandingkan karyawan lainnya. Namun pada 1966, Avdeev mengundurkan diri, tapi tetap menginvestasikan uangnya pada MCB. Hingga pada 2008 dia kembali fokus membangun MCB.
Sekembalinya ke MCB, Avdeev dengan nekat menginvestasikan seluruh uangnya ke MCB demi pengembangan bank. Dengan demikian mulailah tahap baru kehidupan bisnisnya dan lembaga keuangan. Empat tahun kemudian, tepatnya 2012 MCB berhasil mengumpulkan dana dari European Bank for Reconstruction and Development (EBRD) and International Finance Corporation (IFC) dari menjual saham.
Setelah mengumpulkan dana, ternyata nama MCB terus meroket, bahkan sampai masuk dalam daftar 20 bank teratas berdasarkan aset. Setelah itu, Avdeev juga mampu memboyong MCB sebagai salah satu dari 10 bank paling sukses dan terbesar di Federasi Rusia pada 2016. MCB juga diakui sebagai bank komersial regional swasta terbesar di Rusia.
Selain Avdevv, Lee Su Jin, pria Korea Selatan yang pernah bekerja sebagai cleaning service dan sekarang menjadi miliarder.
Sejak kecil, Lee Su-jin hidup dalam kemiskinan, bahkan dia harus hidup berpindah dari satu kerabat ke kerabat lainnya agar bisa hidup.
Saat berusia 23 tahun, dia bekerja sebagai janitor di sebuah love hotel. Penginapan itu bisa di sewa per jam dan terkadang digunakan untuk aktivitas seksual di Korea Selatan.
Upah hasil bekerjanya sebagai cleaning service itu dia investasikan di daham dan mulai berbisnis salad. Tak berjalan mulus, sebab semuanya gagal tapi itulah awal titik balik kehidupannya.
Lalu dia kembali ke hotel, bukan sebagai janitor lagi namun untuk membangun komunitas perhotelan, yakni mulai dari pemasok handuk, tisu toilet, hingga pemilik hotel.
Tahun 2007, Lee Su-jin meluncurkan aplikasi Yanolja yang berarti "hey, lets play". Aplikasi tersebut jadi terpopuler untuk memesan love hotel atau disebut sebagai motel di Korea Selatan.
Yanolja berhasil mencatat pendapatan 100,5 miliar won atau US$80 juta pada kuartal I-2022. Jumlah itu melesat 19% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersihnya turun sedikit 9 miliar won menjadi 8,8 miliar won.
Media lokal Korea Selatan menyebut perusahaannya bakal mencatatkan sahamnya (IPO) di bursa Amerika Serikat (AS) pada kuartal ketiga 2022. Yanolja juga mendapatkan pendanaan dari investor terkemuka yakni Softbank, GIC Singapura, Booking.com, dan Skylake Investmen yang dipimpin mantan eksekutif SSamsung Electronics Chin Dae-Jae.
Menurut perhitungan Forbes, valuasi Yanolja sekitar US$6,7 miliar pada Juli 2021. Pemegang saham terbesar adalah Softbank Vision Fund 2 dengan 35,3% saham. Lee Su-jin sendiri memiliki 16,54%, istri dan kedua putrinya dengan masing-masing 5,18%. Kekayaan keluarga itu diperkirakan mencapai US$2 miliar atau Rp 29 triliun.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Komoditas Mahal, Berkah Bagi Para Konglomerat