
Asing Putar Balik! RI Mulai Dibanjiri Dana Puluhan Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ketahanan eksternal fundamental Indonesia cukup solid. Tercermin dari neraca pembayaran Indonesia (NPI) hingga Kuartal II-2022 tercatat surplus, serta neraca modal dari net inflow yang mencapai US$ 1,6 miliar atau setara Rp 23,36 triliun (Kurs Rp 14.600/US$).
Berdasarkan data Bank Indonesia, NPI hingga Kuartal II-2022 tercatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar, setelah pada Kuartal I-2022 membukukan defisit US$ 1,8 miliar.
NPI terdiri dari dua pos, yang pertama transaksi berjalan (current account) yang membukukan surplus US$ 3,9 miliar atau 1,1% dari produk domestik bruto (PDB). Surplus tersebut naik signifikan dari kuartal sebelumnya US$ 400 juta, atau 0,1% dari PDB.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti juga mengungkapkan, dalam neraca modal telah terjadi perbaikan dan pembalikan arah. Hingga 19 Agustus 2022, terjadi net inflow mencapai US$ 1,6 miliar atau sekira Rp 23,36 triliun (kurs Rp 14.600/US$).
"Portofolio investment pada awal Kuartal I dan Kuartal II-2022 telah terjadi net outflow. Namun di Agustus ini, net inflow telah mencapai US$ 1,6 miliar (Hingga 19 Agustus 2022), dari yang sebelumnya terjadi net outflow sebesar US$ 2,1 miliar pada Juli 2022," jelas Destry dalam rapat kerja dengan DPD RI, Kamis (25/8/2022).
Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juli 2022 tercatat sebesar US$ 132,2 miliar, setara dengan pembiayaan US$ 6,2 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Dalam hal ini untuk ketahanan eksternal fundamental solid dan depresiasi rupiah dibandingkan mata uang lainnya terjaga. Di mana depresiasi rupiah year to date mencapai hingga 22 Agustus melemah 4,27%," jelas Destry. Namun lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang negara lainnya.
Destry bilang, Indonesia dengan ketahanan eksternal dan ekonomi makro membuat nilai tukar rupiah terjaga. BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak pada level Rp 14.500 hingga Rp 14.900 per dolar Amerika Serikat di tahun ini.
Adapun BI juga memperkirakan neraca pembayaran akan surplus 0,3% hingga defisit 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang 2022 dan defisit transaksi berjalan pada 2023, kata Destry masih akan ditopang dari harga komoditas global yang diperkirakan akan tinggi.
"Juga didukung penanaman modal asing dan diperkirakan inflow dari portofolio juga akan mulai masuk kembali, seiring terjaganya fundamental ekonomi makro kita," jelas Destry.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kaburnya Asing Mulai Bikin Was-was, RI Harus Lakukan Ini!