Cara 'Cerdas' Rusia Cuan Rp 74 T per Hari dari Perang Ukraina

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Rabu, 24/08/2022 09:55 WIB
Foto: REUTERS/MAXIM SHEMETOV

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah geopolitik menjadi perhatian banyak orang karena dianggap akan menyebabkan krisis. Apalagi adu kuat Rusia-Ukraina belum terlihat kapan akan berakhir.

Perang Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung selama hampir 6 bulan, dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir. Konflik yang terjadi antara negara tetangga tersebut dimulai sejak 24 Februari 2022.

Kedua belah pihak telah menderita kerugian jiwa dan materi tetapi tidak ada yang mau mempertimbangkan gencatan senjata. Salah satu alasannya adalah perang ini disebut-sebut malah menguntungkan Rusia.


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan perang Rusia dengan Ukraina membuat harga minyak mentah meroket yang justru menguntungkan bagi negara Putin itu.

Minyak mentah Rusia di-embargo negara Barat, hal ini membuat pasar Negeri Beruang Merah beralih ke Asia dan menjual dengan harga yang murah.

Sandiaga menyebut Rusia tetap mendapatkan pemasukan mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 89,2 triliun per hari. Berdasarkan data tersebut, ia memprediksi perang ini berlangsung lama karena Rusia masih mendapat banyak untung.

"Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Karena ini sangat profitable," ujar Sandiaga melalui akun TikTok-nya, dikutip Selasa (23/8/2022).

Maklum, Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Arab Saudi.

Menurut data International Energy Agency (IEA), produksi minyak mentah dan kondensat Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut merupakan 14% dari total pasokan global.

Menurut Sandiaga, meski Rusia saat ini menjual minyak di bawah harga pasar, negara produsen minyak terbesar ketiga itu masih mendapat keuntungan sebesar US$ 6 miliar atau Rp 89,2 triliun per hari (Kurs Rp 14.878 per dolar AS).

Karena untung besar itu, ia memperkirakan perang Rusia-Ukraina berlangsung lama. Sandiaga juga menyebut biaya perang Rusia hanya sekitar US$ 1 miliar. Sehingga Negeri Beruang Merah itu mendapat profit sebanyak US$ 5 miliar atau sekitar Rp 74,4 triliun. 

Rusia memang menang banyak akibat perang, terutama dari sisi perdagangan. Menurut data yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, transaksi berjalan (current account) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar. Ini lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.

Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) melaporkan pada periode Januari-Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun. Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar.

Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.

Kementerian Ekonomi Rusia juga memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar. Ini naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar. 


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mengejutkan! Bank Sentral Rusia Pangkas Suku Bunga Jadi 20%