Defisit Neraca Migas RI Makin Parah, US$ 7 Miliar Lebih!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Jumat, 19/08/2022 10:27 WIB
Foto: Anteran warga membeli bahan bakar Pertalite dan solar yang mulai sulit ditemukan pada beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di SPBU di kawasan Jalan Raya Bogor, Sabtu (13/8/202). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi berjalan (current account) Indonesia mencatat surplus pada kuartal II-2022. Namun, defisit neraca migas makin parah.

Pada Jumat (19/8/2022), Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia periode kuartal II-2022. Transaksi berjalan, yang merupakan bagian dari NPI, membukukan surplus US$ 3,85 miliar atau 1,14% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Pencapaian ini membaik ketimbang kuartal sebelumnya. Pada kuartal I-2022, transaksi berjalan surplus US$ 407 juta. Dengan demikian, transaksi berjalan selalu surplus dalam empat kuartal beruntun.


Akan tetapi, ada satu komponen di transaksi berjalan yang patut diwaspadai. Itu adalah neraca migas.

Pada kuartal II-2022, neraca migas mengalami defisit US$ 7,17 miliar. Ini adalah yang terdalam, setidaknya sejak 2010.

Sumber: BI, CEIC

"Defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi oleh kenaikan impor merespons peningkatan permintaan seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat, serta tingginya harga minyak dunia," tulis laporan BI.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Genjot Produksi Demi Swasembada, RATU Akuisisi Blok Migas Baru