Seandainya Tak Libur, Rupiah & IHSG Akan Kompak Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 17/08/2022 19:50 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri libur Hari Kemerdekaan Indonesia pada Rabu (17/8/2022). Kemarin, rupiah mencatat pelemahan 2 hari beruntun, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat.

Jika melihat pergerakan pasar finansial Asia hari ini, rupiah dan IHSG bisa saja kompak menguat. Pergerakan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) juga terus menunjukkan penguatan sejak beberapa saat setelah penutupan perdagangan Selasa kemarin.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.


Periode

Kurs Selasa (16/8) pukul 15:05 WIB

Kurs Rabu (17/8) pukul 09:30 WIB

Kurs Rabu (17/8) pukul 15:03 WIB

1 Pekan

Rp14.769,0

Rp14.747,3

Rp14.740

1 Bulan

Rp14.782,8

Rp14.752,2

Rp14.751

2 Bulan

Rp14.793,3

Rp14.762,7

Rp14.756

3 Bulan

Rp14.807,0

Rp14.780,1

Rp14.776

6 Bulan

Rp14.850,0

Rp14.828,1

Rp14.834

9 Bulan

Rp14.899,0

Rp14.885,9

Rp14.890

1 Tahun

Rp15.008,8

Rp14.988,0

Rp14.957

2 Tahun

Rp15.324,0

Rp15.417,2

Rp15.297

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Melihat pergerakan tersebut, rupiah tentunya berpeluang menghentikan pelemahan dua hari beruntun jika tidak libur.

Sementara itu mayoritas bursa saham Asia juga menghijau pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang misalnya, melesat lebih dari 1,2%, kemudian Shanghai Composite dan Hang Seng Hong Kong menguat sekitar 0,5%. Artinya, sentimen pelaku pasar cukup bagus yang bisa mendongkrak kinerja IHSG, sekali lagi jika tidak libur.

Salah satu sentimen positif bagi pasar saham yakni harga minyak mentah yang terus menurun. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) saat ini bahkan berada di kisaran US$ 86.barel dan Brent di US$ 92/barel, turun jauh dari awal Maret lalu ketika keduanya mencapai US$ 130/barel.

Penurunan harga minyak mentah tentunya bisa meredakan tekanan inflasi. Seperti diketahui, "tsunami" inflasi yang melanda banyak negara salah satu penyebab utamanya adalah tingginya harga energi.

Ketika tekanan inflasi mereda, maka risiko resesi dunia akan menurun.

Selain itu, perekonomian China yang menunjukkan tanda-tanda pelambatan sebenarnya memberikan sentimen negatif. Tetapi, pelonggaran moneter yang kembali dilakukan bank sentralnya memberikan optimisme di pasar.

Pada Juli 2022, produksi industri China tumbuh 3,8% year-on-year (yoy). Cukup jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% yoy.

Kemudian pada Januari-Juli 2022, investasi tetap di China tumbuh 5,7% yoy. Melambat dibandingkan pertumbuhan enam bulan pertama 2022 yang sebesar 6,1% yoy dan lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar yang memperkirakan 6,2% yoy.

Lalu penjualan ritel pada Juli 2022 tumbuh 2,7% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% yoy dan jauh di bawah perkiraan pasar yang 'meramal terjadi pertumbuhan 5% yoy.

Mungkin karena melihat situasi ekonomi yang kian memburuk, bank sentral China (PBoC) memutuskan untuk menurunkan suku bunga medium-term lending facility tenor 1 tahun sebanyak 10 basis poin (bps) ke 2,75%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor