Investor Masih Lepas SBN, Mayoritas Yield Naik Lagi Nih..

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
16 August 2022 19:11
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (16/8/2022), di tengah menguatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari ini.

Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya yield. Hanya SBN tenor 3 dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN bertenor 3 tahun turun 1 basis poin (bp) ke posisi 6,087%. Sedangkan yield bertenor 25 tahun turun tipis 0,1 bp ke 7,568%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menguat 1,9 bp ke posisi 7,068%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menguat pada perdagangan pagi hari ini waktu setempat, karena pasar menanti data terbaru perumahan, manufaktur dan penjualan ritel.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun naik 1,7 bp ke posisi 3,22% pada hari ini pukul 07:38 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin kemarin di 3,203%.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS menguat 1,7 bp ke 2,808% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 2,791%.

Data perumahan baru dan izin bangunan di AS akan dirilis pada pekan ini, di mana pelaku pasar mengawasinya secara ketat dan digunakan sebagai wawasan utama tentang reaksi industri konstruksi terhadap perlambatan permintaan yang dilaporkan sejak Juni.

Data minggu lalu menunjukkan sedikit perlambatan dalam kenaikan harga barang-barang konsumen AS, yang mengalami kenaikan sebesar 8,5% secara tahunan di bulan Juli.

Angka ini sedikit lebih rendah dari prediksi pasar karena penurunan harga minyak. Pasar tampaknya berpikir ini mungkin berarti perlambatan dalam siklus pengetatan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), meskipun The Fed belum mengindikasikan hal ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular