Awal Pekan Investor Lepas SBN, Semua Tenor Yield-nya Naik!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (15/8/2022) awal pekan ini, di tengah hadirnya sentimen positif dari neraca perdagangan RI yang kembali catatkan surplus pada Juli lalu.
Investor kompak melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN.
Melansir data dari Refinitiv, SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni menguat 7,8 basis poin (bp) ke level 7,049%.
Sedangkan SBN berjatuh tempo 20 tahun menjadi yang paling kecil kenaikan yield-nya hari ini, yakni naik 0,9 bp ke posisi 7,139%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, neraca perdagangan RI kembali mencatatkan surplus pada bulan lalu. Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 29,21% yoy. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor di 29,73% yoy.
Pada Juli 2022, Indonesia kembali menikmati surplus perdagangan sebesar US$ 4,22 miliar. Ini didapat dari ekspor yang senilai US$ 25,57 miliar dan impor US$ 21,35 miliar. Dengan begitu, surplus neraca perdagangan Indonesia bertahan selama 27 bulan beruntun.
Selain itu, Setianto memberi wanti-wanti. Sebab, ada gejala harga komoditas di pasar internasional mulai turun.
Pada Juli 2022, indeks harga komoditas energi ada di 168,58. Sementara indeks harga komoditas makanan adalah 138,63, terendah sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), tambah Setianto, harga minyak dunia turun 10,3% Kemudian harga gas alam turun 4,54%.
"Memang hingga Juli harga global menurun baik pangan dan energi. Ini perlu diwaspadai, barangkali jadi perhatian kita sebagai tanda berakhirnya windfall harga komoditas," kata Setianto.
Surplusnya kembali neraca perdagangan RI membuat investor melepas SBN pada hari ini.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung variatif pada perdagangan pagi hari ini waktu setempat.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun naik tipis 0,2 bp ke posisi 3,259% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat pekan lalu di 3,257%.
Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS melandai 1,8 bp ke 2,831% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan lalu di 2,849%.
Hal ini karena investor mencerna gelombang rilis data minggu sebelumnya dan mempertanyakan apakah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat memperlambat siklus pengetatannya karena berita inflasi yang membaik.
Pekan lalu membawa sejumlah data ekonomi, termasuk lebih banyak berita positif tentang inflasi daripada yang diperkirakan banyak pasar.
Data pada pekan lalu mengungkapkan bahwa tingkat impor turun sedikit lebih dari yang diharapkan, harga ekspor yang lebih rendah dan sentimen konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan dalam pembacaan awal Agustus dari indeks University of Michigan.
Selain itu inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS juga melambat ke kenaikan 8,5% secara tahunan pada bulan lalu.
Namun, The Fed belum mengadopsi pandangan jelas terkait pasar obligasi bahwa siklus kenaikan suku bunga hampir berakhir.
Investor akan menanti rilis data perumahan, penjualan ritel, produksi industri, produksi manufaktur, dan data indeks Redbook secara tahunan. Indeks Redbook merupakan indeks yang mengukur pertumbuhan tertimbang penjualan tahunan di 9.000 peritel di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)