Mayoritas Bursa Asia Terkoreksi, Nikkei Melesat Sendirian!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 August 2022 17:03
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Senin (15/8/2022) awal pekan ini, di mana investor cenderung merespons bervariasi dari data ekonomi China dan Jepang pada hari ini.

Hanya indeks Nikkei Jepang dan ASX 200 Australia yang ditutup di zona hijau pada hari ini, di mana Nikkei melesat 1,11% ke posisi 28.863,32 dan ASX 200 menguat 0,45% ke 7.064,3.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,67% ke posisi 20.040,859, Shanghai Composite China turun tipis 0,02%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,38%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terpangkas 0,5% menjadi 7.093,276.

Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Kemerdekaan.

Dari Jepang, ekonominya dilaporkan tumbuh pada kuartal kedua tahun 2022, di tengah dorongan konsumsi swasta yang solid. Kondisi ini menunjukkan pemulihan pasca pandemi Covid-19 yang terus menjadi 'momok' bagi Jepang.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kantor Kabinet pada Senin (15/8/2022), data awal Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang pada kuartal II-2022 tumbuh 2,2% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari perkiraan survei Reuters yang tumbuh 2,5%.

PDB tahunan untuk periode tersebut mencapai 542,12 triliun yen (US$ 4,07 triliun), angka ini melebihi tingkat sebelum Covid-19 sebesar 540,84 triliun yen pada Oktober-Desember 2019.

Jepang telah tertinggal dari negara ekonomi utama lainnya dalam sepenuhnya pulih dari pukulan pandemi karena konsumsi yang lemah, sebagian disebabkan oleh pembatasan aktivitas yang berlangsung hingga Maret lalu.

Prospek ekonomi Negeri Sakura ini masih dihantui oleh kenaikan infeksi Covid-19, perlambatan pertumbuhan global, kendala pasokan, serta kenaikan harga bahan baku yang meningkatkan biaya hidup rumah tangga.

Pertumbuhan ekonomi Jepang ini sebagian besar dipicu oleh kenaikan 1,1% dalam konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Jepang. Kenaikan konsumsi swasta pun lebih rendah ketimbang prediksi pasar sebesar 1,3%.

Sementara belanja modal meningkat 1,4%, angka ini melebihi perkiraan pasar rata-rata untuk ekspansi 0,9%. Permintaan eksternal tidak mampu menambah atau mengurangi pertumbuhan PDB, dibandingkan dengan perkiraan untuk kontribusi 0,1 poin persentase.

Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada bulan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhan Jepang untuk 2022 menjadi 1,7% dari proyeksi April sebesar 2,4%. Ekonomi ini diproyeksikan melambat karena inflasi serta kebijakan moneter dari bank sentral.

Berbicara inflasi, pada Juli 2022 inflasi Jepang tercatat di angka 2,5% naik dibandingkan dengan Juni 2022 di 2,3%. Angka ini menjadi angka tertinggi dalam 7,5 tahun.

Sementara itu dari China, data konsumsi dan produksi industri China menunjukkan peningkatan pada bulan Juli 2022. Meski begitu, realisasinya masih berada di bawah ekspektasi analis.

Biro Statistik China (National Bureau of Statistic/NBS) pada rilis Senin hari ini mengatakan bahwa penjualan ritel tumbuh 2,7% pada Juli dari tahun lalu. Angka ini jauh di bawah perkiraan pertumbuhan 5% oleh jajak pendapat Reuters, dan turun dari pertumbuhan 3,1% pada bulan Juni.

Dalam penjualan ritel, kategori katering, furnitur, dan terkait konstruksi mengalami penurunan. Di sisi lain, penjualan mobil naik 9,7%. Kategori emas, perak dan perhiasan mengalami kenaikan penjualan terbesar, naik sebesar 22,1%.

Dari segi produksi, industri China mengalami kenaikan sebesar 3,8%. Angka ini meleset dari ekspektasi untuk pertumbuhan 4,6% dan pelemahan dari kenaikan 3,9% bulan sebelumnya.

Terkait investasi, investasi aset tetap untuk tujuh bulan pertama tahun ini naik 5,7% dari tahun lalu. Meski begitu, ini juga meleset dari ekspektasi untuk pertumbuhan 6,2%.

Secara sektor, investasi real estate turun pada kecepatan yang lebih cepat pada bulan Juli dari Juni, sementara investasi ke manufaktur memperlambat laju pertumbuhannya.

Sementara itu, tingkat pengangguran di kalangan pemuda China, usia 16 hingga 24 tahun, mencapai 19,9%. Tingkat pengangguran di semua usia di kota-kota adalah 5,4%.

"Ekonomi nasional mempertahankan momentum pemulihan. Namun ada risiko stagflasi secara global dan pondasi untuk pemulihan ekonomi domestik belum dikonsolidasikan," ujar badan pemerintah itu dikutip CNBC International, Senin (15/8/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular