
Banjir Duit Asing! Rp 15 Triliun Masuk ke RI Dalam 10 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia bersinar pada bulan ini, investor asing kembali berbondong-bondong mengalirkan modalnya ke dalam negeri. Bahkan di pasar obligasi mencatat inflow yang besar.
Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menunjukkan pada Agustus hingga tangga 11 tercatat capital inflow di pasar obligasi sekitar Rp 14 triliun.
Sementara di pasar saham, pada periode 1 - 12 Agustus terjadi inflow sekitar Rp 1,5 triliun.
Artinya, dalam 10 hari perdagangan pada Agustus total capital inflow di pasar obligasi dan saham mencapai Rp 15,5 triliun.
Pasar saham Indonesia memang menjadi primadona sejak awal tahun ini. Bahkan, investor asing semakin getol memburu saham-saham di dalam negeri setelah perang Rusia - Ukraina pecah.
Penyebabnya, harga komoditas yang melonjak yang membuat Indonesia mendapat windfall alias durian runtuh. Neraca perdagangan mampu mencatat surplus 26 bulan beruntun, transaksi berjalan juga surplus, sehingga fundamental dalam negeri jauh lebih kuat.
Kinerja emiten pun turut meroket yang membuat investor asing semakin getol mengalirkan modalnya ke dalam negeri.
Sepanjang tahun ini, capital inflow di pasar saham Indonesia nyaris mencapai Rp 60 triliun.
Nasib berbeda dialami pasar obligasi yang tercatat mengalami outflow yang masif.
Hingga Juli lalu, modal keluar dari pasar obligasi tercatat terjadi dalam 5 bulan beruntun. Capital outflow paling besar juga terjadi pada Maret tahun ini, sekitar Rp 48 triliun, terjadi akibat kenaikan suku bunga The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS), ditambah dengan perang Rusia - Ukraina.
The Fed yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga membuat pasar obligasi Indonesia menderita.
Ketika suku bunga dinaikkan, maka imbal hasil (yield) obligasi AS (Treasury) akan menanjak. Selisih dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) semakin menyempit, yang memicu terjadinya capital outflow.
Namun, di bulan ini kondisi tersebut berbalik. Seperti disebutkan sebelumnya, hingga 11 Agustus lalu sudah terjadi inflow di pasar obligasi nyaris Rp 14 triliun. Inflow tersebut bahkan sudah lebih besar dari Januari dan Februari lalu yang tercatat sebesar Rp 4 triliun dan Rp 9,4 triliun.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> SBN Menarik Lagi?
Obligasi Indonesia tampaknya mulai menarik lagi bagi investor asing. Selain inflow yang besar di pasar sekunder, di pasar primer juga terlihat peningkatan permintaan oleh investor asing.
Pada lelang SBN yang dilakukan pemerintah awal bulan ini, penawaran yang datang dari investor asing mencapai Rp 6,95 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi dalam 11 lelang terakhir atau lima bulan terakhir.
Dari penawaran asing yang masuk, pemerintah mengambil Rp 4,97 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini.
Total penawaran yang masuk dalam lelang SUN 2 Agustus lalu mencapai Rp 36,91 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi dalam empat lelang terakhir. Artinya, persentase asing dalam penawaran tersebut sebesar 18,83% dari total penawaran.
Dari total penawaran yang masuk, pemerintah menyerap sebesar Rp 19,06 triliun.Dengan demikian, pemerintah berhasil memenuhi target indikatif yang ditetapkan untuk kali pertama sejak 24 Mei lalu.
Hal tersebut menunjukkan pasar SBN mulai kembali menarik. Apalagi kini The Fed kemungkinan tidak akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunganya setelah inflasi mulai melandai.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Juli 2022 tumbuh 8,5% secara tahunan (year on year/yoy), melandai dibandingkan pada Juni yang tercatat 9,1% (yoy).
The Fed sudah 4 kali menaikkan suku bunga di tahun ini dengan total 225 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%. Dalam dua kenaikan terakhir, masing-masing sebesar 75 basis poin.
Kini dengan inflasi yang melandai, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada September nanti. Menurunnya agresivitas The Fed tentunya berdampak pada pergerakan yield Treasury yang belakangan ini juga menunjukkan penurunan.
Pada akhir Juli lalu, selisih yield SBN dengan Treasury sempat menyentuh 470 basis poin atau 4,7%, tertinggi sejak pertengahan Maret lalu.
Selisih atau spread yang kembali melebar membuat SBN menarik lagi dan kembali diburu investor asing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Hawkish, Investor Masih Borong SBN
