Emiten Ricky Harun Cari Investor Pengendali Baru

Romys B., CNBC Indonesia
Sabtu, 13/08/2022 14:45 WIB
Foto: Aktor Ricky Harun, Instagram @rickyharun

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten manufaktur aluminium ekstrusi, baja ringan, pipa PVC dan sanitari, PT HK Metals Utama Tbk. (HKMU), membatalkan rencana penambahan modal dengan menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue yang sebelumnya telah disetujui dalam RUPSLB 7 Oktober 2021.

Perseroan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham lantaran pada 2021 HKMU masih mencetak rugi bersih Rp 230,54 miliar dari tahun 2020 rugi bersih Rp 221,51 miliar, sementara itu pendapatan HKMU mencapai Rp 389,71 miliar, turun 30,40% dari tahun sebelumnya Rp 559,95 miliar.

Per Maret 2022, saham emiten dengan komisari independen Ricky Harus ini kini dikuasai 100% oleh investor publik. PT Hyamn Sukses Abadi (HSA), yang sebelumnya menjadi PSP setelah saham HKMU tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Oktober 2018, memutuskan untuk melepas semua sahamnya di HKMU per 31 Januari 2022, sehingga HKMU tak lagi memiliki pengendali dan kondisi ini menjadi perhatian dari BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).


Direktur Utama HKMU Muhamad Kuncoro mengatakan hingga saat ini manajemen kesulitan berkomunikasi dengan HSA untuk kembali menjadi PSP. Berbagai upaya telah dilakukan dalam membangun kembali komunikasi dengan HSA, tapi nihil tanggapan.

"Seperti yang pernah kami sampaikan dalam Keterbukaan Informasi bulan Maret 2022, dikarenakan kesulitan dalam komunikasi ini, besar kemungkinan HSA tidak berencana menjadi PSP kembali. Maka kami akan fokus dengan calon pengendali baru lainnya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (12/8/2022).

Kuncoro juga menjelaskan mengenai pembatalan rencana right issue. Dari hasil penjajakan dengan beberapa calon PSP baru, beberapa menyatakan keberatan dengan rencana right issue yang sudah disetujui dalam RUPSLB 7 Oktober 2021 karena kebijakan ini diputuskan oleh PSP sebelumnya.

"Namun pada prinsipnya beberapa calon PSP baru mendukung right issue, mengenai mekanismenya apakah setoran modal dalam bentuk fresh fund atau inbreng, kemudian rasio dan harga penebusan juga akan diputuskan dalam RUPSLB persetujuan right issue selanjutnya," tuturnya.

Dia menegaskan, sampai dengan saat ini tidak ada dampak operasional bagi perseroan dengan adanya perubahan pengendali, aktivitas perseroan tetap berjalan normal dan menunjukan hasil yang positif.

"Tidak terdapat pelanggaran terhadap pemenuhan pembatasan fasilitas kredit dari bank karena tidak ada pembatasan terkait perubahan pengendali. Prioritas kami saat ini ialah segera mendapatkan PSP baru," imbuhnya.

Kuncoro mengatakan seluruh jajaran komisaris dan direksi juga berkomitmen penuh menjalankan perusahaan sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik, sekaligus menjaga kepercayaan publik dan investor.

Sementara, Direktur Keuangan HKMU Pratama Girindra Wirawan mengatakan perseroan tetap fokus memperbaiki kinerja bisnis. Per kuartal I-2022, HKMU mencetak penjualan Rp 120,49 miliar, turun 7,5% dari periode yang sama tahun lalu Rp 130,31 miliar dan masih mencatat rugi Rp 13,70 miliar dari Rp 3,06 miliar.

Namun HKMU berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi Rp 108,80 miliar dari sebelumnya Rp 115,08 miliar. Kontributor terbesar penjualan yakni manufaktur aluminium Rp 67,30 miliar, disusul baja ringan Rp 23,85 miliar, dan manufaktur toilet dan sanitary wares Rp 11,14 miliar.

Pendapatan manufaktur toilet ini bahkan naik 13% dari sebelumnya Rp 9,86 miliar. Kenaikan juga dicatatkan dari perdagangan stainless steel Rp 5,36 miliar dari Rp 1,21 miliar dan trading coil Rp 3,09 miliar dari Rp 371,34 juta.

Adapun kewajiban HKMU tercatat sebesar Rp 484,94 miliar, dengan ekuitas Rp 214,18 miliar sehingga debt to equity ratio (DER) di level 2,26 kali, dengan aset Rp 699,11 miliar.

Direktur & Corporate Secretary HKMU Jodi Pujiyono Susanto menambahkan, pada Q1-2022 pasar sebenarnya masih belum pulih karena dampak kenaikan kasus Covid-19 varian omicron. Penurunan laba kotor menjadi Rp 11,70 miliar dari Rp 15,23 miliar juga akibat kenaikan harga komoditas, sebagai imbas perang Rusia-Ukraina yang sangat mempengaruhi harga bahan baku produksi.

Jodi mengatakan tahun lalu perseroan melakukan proses restrukturisasi keuangan dengan kreditur perbankan dan supplier untuk mendongkrak nilai ekonomi. Di sisi operasional, perseroan melakukan transformasi jalur distribusi dari bahan baku sampai barang jadi untuk meningkatkan keberlanjutan usaha.

"Kami bersyukur di tengah kondisi pasar yang masih berat, kami mampu meraih penjualan kuartal I-2022. Secara konsolidasi turun karena tahun lalu masih ada kontribusi dari divisi manufaktur stainless steel yang kini sudah didivestasi," pungkasnya.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi