
Simak! Begini Cara Bikin Wanita Indonesia Melek Keuangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui literasi keuangan perempuan Indonesia, khususnya Ibu Rumah Tangga terutama di pedesaan dan kawasan terpencil, masih rendah. Anggota Dewan Komisioner bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan, hal ini menjadi tantangan dan permasalahan yang harus diatasi.
"Saya pikir ini adalah masalah yang harus kita lawan bersama dalam wacana eksplorasi akses keuangan dan memperkenalkan apa yang disebut skema kredit bagi perempuan di pedesaan," ujarnya dalam acara Women in Fintech di Hotel Mandarin Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Menurutnya, persoalan tersebut dapat diatasi melalui infrastruktur yang memadai dibidang keuangan dengan mengembangkan sistem manajemen pembelajaran yang dapat diakses secara digital. "Kami juga menyediakan materi edukasi atau literasi keuangan untuk sekolah dalam format cetak dan digital," ucapnya.
Selain itu, wanita yang akrab disapa Kiki ini juga menyampaikan bahwa perlunya merangkul industri jasa keuangan untuk membuat program inklusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wanita.
Kiki menyebut, OJK juga akan mendorong inklusi keuangan perempuan dengaan inovasi untuk memperluas akses pembiayaan. Setidaknya tersapat tiga karakteristik yang cocok, yaitu dapat diakses, fleksibel, dan terjangkau, tanpa mengesampingkan kerangka perlindungan konsumen.
"Jika mengikuti berita akhir-akhir ini, saya pikir masalah perlindungan konsumen keuangan dan industri pembiayaan sangat berbeda dengan beberapa kasus. Jadi kami sangat memperhatikan perlindungan konsumen," pungkasnya.
Untuk itu, tambah Friderica, infrastruktur pendidikan keuangan menjadi kunci untuk meningkatkan literasi keuangan wanita Indonesia yang masih rendah.
"Jika anda mendidik seorang pria, anda mendidik individu, jika anda mendidik wanita anda mendidik generasi," ujar Friderica.
Pendidikan keuangan, lanjutnya, dapat dilakukan melalui pengembangan sistem manajemen pembelajaran secara digital. Pihaknya sendiri juga terus mendorong literasi keuangan digital dari tingkat sekolah yang dapat diakses melalui website.
"Kami juga menyediakan materi edukasi atau literasi keuangan untuk sekolah kami dalam format cetak dan digital. Saya pikir ini adalah masalah yang harus kita lawan bersama dalam wacana eksplorasi akses keuangan dan memperkenalkan apa yang disebut skema kredit melawan budaya bagi perempuan di pedesaan," jelasnya.
Wanita yang akrab disapa Kiki ini menilai, pendidikan keuangan dalam skema kecil lebih efektif dan dapat diakses dengaan cepat dan sangat membantu para wanita. Selain itu, perlu merangkul industri jasa keuangan untuk membuat program keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wanita.
"Kami juga akan mendorong inovasi untuk memperluas akses perempuan ke pembiayaan kami memiliki setidaknya tiga karakteristik, yaitu dapat diakses, fleksibel dan terjangkau," ucapnya.
Kiki mengatakan lebih jauh, akhir-akhir ini banyak wanita yang terjebak oleh penipuan berkedok jasa keuangan digital, khususnya pinjaman online (Pinjol). Sehingga, perlindungan konsumen menjadi perhatian penting di era digital.
"Kami mengakui bahwa banyak perempuan yang terpapar penipuan keuangan yang menciptakan kesulitan perempuan pada sistem keuangan sebagai fondasi dasar dalam industri keuangan yang kuat untuk terus memperkuat perlindungan konsumen terhadap produk dan layanan," ungkapnya.
Dengan demikian, Kiki menambahkan, diperlukan formula super untuk mengatasi masalah ini. Sebab, teknologi keuangan dapat mempercepat pertumbuhan dan membuat layanan keuangan menjadi berkelanjutan.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK: Literasi Keuangan Jadi 65% & Inklusi 93% Pada 2027
