
Investor Masih Getol Buru SBN, Harganya Menguat Lagi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (9/8/2022), di tengah sikap investor yang menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Juli 2022.
Mayoritas investor masih ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 10, 15, dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menguat 1,8 basis poin (bp) ke level 7,114%. Sedangkan yield SBN tenor 15 tahun naik 0,9 bp ke 7,028%, dan SBN berjangka waktu 25 tahun menanjak 1 bp ke posisi 7,568%
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari pasar perdana atau pasar lelang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pada hari ini menggelar kembali lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk. Hasil dari lelang Sukuk tersebut kembali memuaskan.
Pada lelang sukuk hari ini, jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 30,85 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak 22 Februari lalu atau dalam lima bulan lebih.
Jumlah tersebut juga menjadi yang terbesar ke empat sepanjang tahun ini. Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 10,64 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Februari lalu atau dalam enam bulan terakhir.
Dengan menyerap utang sebesar Rp 10,64 triliun maka pemerintah akhirnya mampu memenuhi target indikatif setelah enam bulan terakhir selalu gagal memenuhi target tersebut.
Jumlah penawaran yang masuk ataupun jumlah yang diambil pada lelang hari ini juga jauh di atas rata-rata sepanjang tahun ini. Rata-rata penawaran yang masuk pada tahun ini mencapai Rp 21,61 triliun sementara jumlah yang diambil sebesar Rp 7,02 triliun.
Dengan ini, maka sejatinya pasar obligasi pemerintah RI kembali diminati oleh investor.
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menguat pada perdagangan pagi hari ini waktu setempat, di mana investor menanti rilis data inflasi pada periode Juli 2022.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun menanjak 2,1 bp ke posisi 3,237% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin kemarin di 3,216%.
Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS juga menanjak 2,9 bp ke 2,792% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 2,763%.
Investor mencoba menilai potensi upaya pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) setelah data ketenagakerjaan AS tercatat positif.
Data pekerjaan AS yang kuat secara tak terduga pada pekan lalu tampaknya mengurangi kemungkinan resesi, memungkinkan The Fed masih akan menaikan suku bunganya secara agresif untuk mengendalikan inflasi.
Investor menanti rilis data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Juli 2022. Pada Rabu malam waktu Indonesia, akan dirilis IHK Negeri Paman Sam pada Juli lalu, yang diharapkan akan memberikan sinyal pada kenaikan suku bunga selanjutnya.
Namun, beberapa pelaku pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan sedikit melandai ke 8,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi