Pertumbuhan Ekonomi RI Diramal Lebih Tinggi, Rupiah Ngegas?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 August 2022 08:30
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Kamis kemarin. Pelemahannya tidak terlalu besar, 0,13% ke Rp 14.930/US$.

Pada perdagangan Jumat (5/8/2022) rilis data cadangan devisa dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menggerakkan rupiah. 

Data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 akan dirilis hari ini. Hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 5,13% (year-on-year/yoy) lebih tinggi dari kuartal I-2022 5.01%.

Rilis tersebut tentunya akan memberikan dampak positif ke rupiah, apalagi jika lebih tinggi dari ekspektasi. Di sisi lain, PDB Amerika Serikat mengalami kontraksi di kuartal II-2022, sehingga dikatakan mengalami resesi meski masih menjadi perdebatan, sebab pasar tenaga kerja masih kuat.

Data tenaga kerja Amerika Serikat yang menjadi indikator kesehatan ekonomi akan dirilis malam ini. Jika pasar tenaga kerja AS mengalami pelemahan, maka Amerika Serikat akan semakin banyak yang menyebut mengalami resesi.

Berdasarkan konsensus Trading Economics, perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) pada Juli diperkirakan sebesar 250.000 orang, lebih rendah bulan sebelumnya 372.000 orang. Sementara tingkat pengangguran tetap sebesar 3,6%. 

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah 4 hari beruntun setelah mendekati rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran Rp 14.820/US$ yang bisa menjadi support kuat.

Pada pekan lalu, rupiah mampu menguat tajam terjadi setelah membentuk pola Doji pada perdagangan Jumat (22/7/2022).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Pola Doji menjadi menunjukkan secara psikologis pasar masih galau menentukan arah, tetapi ketika muncul saat naik, maka peluang berbalik turun lebih besar. Artinya Rupiah berpeluang menguat.

Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian juga berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, sehingga memicu penguatan rupiah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic kini bergerak naik setelah mendekati oversold.

Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sedang mendatar dan berada di dekat level 50 yang berarti netral.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.900/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.870/US$ hingga Rp 14.850/US$

Support kuat yang akan menahan penguatan rupiah berada di kisaran Rp 14.730/US$, sebab merupakan Fibonacci Retracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Sementara itu selama tertahan di atas Rp 14.900/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.940/US$ sampai Rp 14.960/US$. Penembusan di atas level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 15.000/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular