Amerika-China Panas! Rupiah Bakal Jadi Korban?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin, padahal di awal perdagangan sempat mampu menguat.
Rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 14.890/US$, melemah 0,13%. Ada risiko pelemahan akan kembali berlanjut pada perdagangan Rabu (3/8/2022). Sebab, indeks dolar AS kemarin melesat 0,75% dan lanjut naik 0,24% pagi ini ke 106,49.
Ketegangan antara Amerika Serikat dab China membuat sentimen terhadap risiko menurun yang membebani rupiah.
Ketua DPR, Nancy Peloci yang mengunjungi Taiwan menjadi penyebabnya.
"Anda melihat tensi yang semakin intensif antara dua raksasa ekonomi dunia dan itu mulai menurunkan sentimen terhadap risiko," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC International.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah 2 hari beruntun setelah mendekati rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) di kisaran Rp 14.810/US$ yang bisa menjadi support kuat.
Pada pekan lalu, rupiah mampu menguat tajam terjadi setelah membentuk pola Doji pada perdagangan Jumat (22/7/2022).
Pola Doji menjadi menunjukkan secara psikologis pasar masih galau menentukan arah, Tetapi ketika muncul saat naik, maka peluang berbalik turun lebih besar. Artinya Rupiah berpeluang menguat.
Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian juga berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, sehingga memicu penguatan rupiah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic kini hampir mencapai wilayah oversold, sehingga ruang penguatan rupiah mulai terbatas.
Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sudah bergerak turun setelah masuk ke wilayah overbought.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.870/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.850/US$ hingga Rp 14.830/US$.
Support kuat yang menahan penguatan rupiah berada di kisaran Rp 14.730/US$, sebab merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sementara itu rupiah saat ini berada di dekat resisten Rp 14.900/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.940/US$ sampai Rp 14.960/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)