
Indeks Dolar AS Babak Belur, Kesempatan Rupiah Menguat Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,27% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.870/US$ pada perdagangan Senin kemarin. Tekanan bagi rupiah datang pasca rilis data ekonomi yang bervariasi dari dalam negeri.
Inflasi terus menanjak yang berisiko membuat daya beli masyarakat tergerus. Sementara sektor manufaktur makin berekspansi yang tentunya menjadi kabar bagus.
Pada perdagangan Selasa (2/8/2022) rupiah berpeluang bangkit melihat indeks dolar AS yang masih terus tertekan pasca pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pekan lalu.
Senin kemarin, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini merosot 0,5% ke 105,376 yang merupakan level terendah dalam satu bulan terakhir.
The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia pekan lalu kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%. Namun, ketua The Fed, Jerome Powell, yang memberikan indikasi tidak akan lebih agresif, artinya kemungkinan tidak akan ada kenaikan sebesar 100 basis poin. Hal tersebut membuat indeks dolar AS terus merosot, dan membuka peluang penguatan rupiah.
Secara teknikal, penguatan tajam rupiah pada pekan lalu terjadi setelah membentuk pola Doji pada perdagangan Jumat (22/7/2022).
Pola Doji menjadi menunjukkan secara psikologis pasar masih galau menentukan arah, Tetapi ketika muncul saat naik, maka peluang berbalik turun lebih besar. Artinya Rupiah berpeluang menguat.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian juga berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, sehingga memicu penguatan rupiah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic kini hampir mencapai wilayah oversold, sehingga ruang penguatan rupiah mulai terbatas.
Stochastic pada grafik 1 jam yang sebelumnya berada di wilayah jenuh jual sudah mulai menanjak.
![]() Foto: Refinitiv |
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.850/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.830/US$ hingga Rp 14.800/US$.
Support kuat yang menahan penguatan rupiah berada di kisaran Rp 14.730/US$, sebab merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sementara itu rupiah saat ini berada di kisaran resisten Rp 14.875/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.900/US$ sampai Rp 14.910/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
