Taipan India & Terkaya Asia, Ikut Keruk Batu Bara Indonesia

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Jumat, 29/07/2022 11:35 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha generasi pertama dari Gujarat di wilayah barat India, Gautam Adani resmi menjadi centi-billionaire atau orang dengan kekayaan lebih dari US$ 100 miliar terbaru di dunia setelah hartanya meningkat tajam dalam dua tahun terakhir. Hal ini membuat dirinya menjadi orang terkaya di Asia dan peringkat keempat di dunia, hanya kalah dari Elon Musk, Bernard Arnault dan Jeff Bezos.

Forbes Real Time Billionaire memperkirakan bahwa saat ini pemilik Adani Group tersebut memiliki kekayaan bersih US$ 115,1 miliar atau setara dengan Rp 1.726 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$). Senada, Bloomberg Billionaire Indeks juga menempatkan Adani sebagai taipan terkaya di Asia dengan harta US$ 111 miliar(Rp 1.665 triliun).

Dalam daftar centi-billionaire tidak lepas dari konflik yang terjadi di Eropa Timur. Invasi Rusia ke Ukraina yang melambungkan harga komoditas termasuk minyak dan batu bara, menjadi bahan bakar utama kenaikan harta konglomerat asal India tersebut.


Mengikuti reli harga komoditas pasca invasi Rusia, untuk pertama kalinya pada April tahun ini kekayaan Adani tembus US$ 100 miliar dari semula US$ 75 miliar pada daftar akhir tahun di belakang Mukesh Ambani pemilik Reliance Industri.

Siapa Gautam Adani?

Gautam Adani memulai bisnis perdagangan komoditas pada 1980-an, kemudian gurita bisnisnya merambah ke sektor energi, pelabuhan, bandara, transportasi, pertahanan, properti, dan keuangan selama empat dekade berikutnya.

Berbeda dengan Ambani yang kekayaannya terkonsentrasi di satu perusahaan, Adani tercatat setidaknya memiliki enam perusahaan dengan valuasi lebih dari 1 triliun rupee atau setara dengan Rp 190 triliun (kurs Rp 190/rupee), yang mana beberapa dari perusahaan tersebut mencatatkan kinerja saham yang luar biasa tahun ini.

Lima dari enam perusahaan dengan kapitalisasi raksasa tersebut harganya melonjak paling kecil 44% dan paling tinggi mencapai 190% tahun ini. Salah satu perusahaan miliknya yang mengalami peningkatan harga terbesar sejak awal tahun ini adalah perusahaan yang bergerak di industri migas. Adani Total Gas Ltd yang diperdagangkan di bursa India tercatat sejak awal tahun harga naik 62%.

Kinerja Saham Adani Group

Selain enam perusahaan raksasa di sektor energi dan logistik, Adani juga tahun ini telah membawa satu perusahaan baru untuk melantai di bursa India yakni Adani Wilmar, sebuah usaha patungan dengan miliarder agribisnis Singapura Kuok Khoon Hong, Wilmar International.

Adani yang lebih banyak bergerak di industri hulu sangat diuntungkan oleh reli harga komoditas yang pada akhirnya mampu mendorong kenaikan harga saham perusahaan secara signifikan sehingga kekayaannya terdongkrak secara signifikan.

Adani tercatat dalam daftar orang terkaya di India tahun 2020 dengan harta 'hanya' sebesar US$ 25,2 miliar (Rp 378 triliun), kemudian meningkat tajam menjadi US$ 75 miliar pada tahun lalu dan kini tembus US$ 111 miliar.

Impor batu bara termal India mencapai rekor bulanan pada Juni atau sebesar 20,9 juta ton, setelah pemerintah PM Narendra Modi menyerukan peningkatan pembelian untuk mengatasi kekurangan bahan bakar di pembangkit listrik domestik.

Hal ini merupakan berita menggembirakan bagi Adani Enterprises, pedagang batu bara terbesar di negara itu yang pada Juni pangsa pasarnya naik lebih dari dua kali lipat secara tahunan menjadi 7,3 juta ton, menurut perusahaan data pasar CoalMint. Adani Power, perusahaan listrik swasta terbesar di negara itu, meningkatkan impor batu bara menjadi 1,4 juta ton di bulan Juni dari hanya 154.000 ton di tahun sebelumnya.

Bersama-sama, anak perusahaan Adani secara keseluruhan menyumbang 35% dari impor batu bara India dari April hingga Juni tahun ini, yang mencerminkan dominasi grup yang berkembang ke infrastruktur negara.

Salah satu perusahaan yang menjadi tulang punggung utama impor batu bara Adani adalah anak usaha perusahaan yang memiliki tambang batu bara di Indonesia. PT Adani Global merupakan anak usaha Adani Enterprise yang fokus di bidang tambang, logistik dan perdagangan batu bara.

Situs resmi perusahaan menyebut bahwa Adani memperoleh izin usaha pertambangan (IUP) produksi pada tahun 2007.

Proyek di Indonesia ini merupakan proyek luar negeri pertama Grup Adani dalam penambangan dan operasi batu bara. Perusahaan menyebut keputusan menambang di Indonesia sejalan dengan tekad jangka panjang Adani untuk mengatasi permasalahan permintaan tinggi batu bara di India yang kekurangan energi.

Penambangan batu bara Adani dilakukan lewat PT Lamindo Inter Multikon di pulau kecil yang terletak di Kalimantan Utara yang bernama Pulau Bunyu. Data Modi dan Geoportal Minerba menyebut bahwa Lamindo memiliki IUP aktif hingga 2037 atas lahan seluas 2.414 hektar atau mencapai 12% dari total besar pulau Bunyu.

Meski konsesi di pulau kecil tersebut disebut memiliki daya rusak yang kian meluas, oleh jaringan advokasi tambang, Lamindo menyebut bahwa perusahaan melakukan program pelestarian lingkungan secara berkala, walaupun masih sebatas pembersihan pantai dan penyediaan air bersih.

Lamindo juga menyebut bahwa hadinya perusahaan di Pulau Bunyu memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi setempat dan mengklaim menjadi pemberi kerja terbesar di pualau tersebut dengan serapan karyawan lebih dari 1.500 orang.

Masifnya aktivitas penambangan di konsesi yang memiliki sumber daya 269 juta ton membuat perusahaan menjadi eksportir terbesar batu bara GAR 3.000 Kcal. Data paling baru yang tersedia menyebut perusahaan memproduksi 4 juta ton batu bara pada 2017-2018 dan menargetkan produksi 5,5 juta ton pada 2018-2019.


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Batu Bara Lesu, Industri Didorong Tetap Efisien & Adaptif